Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Menjadi Manusia Indonesia yang Merdeka

Kompas.com - 17/08/2021, 15:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM banyak catatan pelancong mancanegara, yang hampir semua merupakan laporan pandangan mata, kita mendapat bukti sahih betapa kebudayaan—yang kemudian tumbuh dewasa menjadi peradaban bahari bangsa Indonesia masa lalu, bukan hanya berkembang secara lokal-internal, melainkan juga meluas dengan sebaran melebihi setengah dunia.

Melalui persebaran penduduk yang oleh Anthony Reid (1990) disebut sebagai migrasi katak, Peter Belwood (2000) menguraikan bagaimana penduduk di zamrud Khatulistiwa dengan perahu-perahu sederhana, sejak 4.000 Before Century Era (BCE) telah sampai dan mendiami gugusan pulau sedari Afrika Timur, hingga China Utara, Polinesia, Melanesia, Pulau Paskah,Tampon Australia, dan Selandia Baru.

Sejak era Majapahit, perahu cadik sederhana itu berubah menjadi kapal jung yang panjangnya bisa mencapai 400-an m—jauh melampaui kapal induk Amerika pada era modern.

Rekaman sejarah itu bisa kita temukan dalam peninggalan bangsa China, Spanyol dan Portugis.

Jung biasanya dipakai berlayar untuk mengawal kapal barang (padewakang) yang mengangkut rempah, permata, dan senjata; kapal angkut manusia (palai), kapal penjelajah (pinisi); hingga kapal perang (kora-kora).

Rempah, yang di Eropa sana dijuluki emas hitam, tentu membuat air liur kerakusan para borjuis Barat, tumpah. Daripada harus membayar mahal harga, mereka lebih memilih mendatangi sumbernya langsung ke Nusantara.

Titik persinggungan itulah yang kelak menghapus era merkantilisme menjadi imperialisme-kolonialisme. Penjajahan manusia atas manusia semata demi meraup keuntungan ekonomi sebesar mungkin.

Alhasil, negeri bertabur permata ini porak-poranda dari segala sendi. Misal, sistem ratu yang berkedudukan di Karatuan (Keraton) dan berada di bawah arahan para Rama dan Rasi, perlahan berubah menjadi istana. Sistem ajaran ini pun bergeser ke arah konsentris. Berjarak dengan rakyat, tapi membutuhkan mereka sebagai soko gurunya.

Masyarakat bahari ini kelak tergusur hingga ke pedalaman—bahkan jauh ke atas pegunungan. Raja Demak Sultan Trenggono menutup pelabuhan di sepanjang pantai Jawa. Kapal jung dipensiunkan. Dominasi maritim berpindah tangan. Nenek moyang kita yang pelaut ulung itu, telah berubah profesi jadi petani.

Kenapa penting menggusur masyarakat bahari hingga ke puncak gunung?

Anda mungkin masih ingat dengan semboyan kuno yang kini dipakai angkatan laut Indonesia, Jalesveva Jayamahe: kejayaan kita ada di laut.

Wajar bila leluhur kita menggaungkan spirit macam itu. Betapa tidak, Nusantara yang sekarang menjadi Indonesia, adalah satu satunya negeri petirtaan yang dua pertiga wilayahnya dikelilingi lautan.

Corak masyarakat bahari yang majemuk-dinamis-kosmopolit pun, secara berangsur tertiup angin Barat, menjadi homogen, rigid, dan tak ubahnya katak dalam tempurung.

Kritik pedas terkait hal di atas sudah dilayangkan Pramoedya dalam epos Arus Balik. Sayang, tak banyak yang mau mengkaji novel bermutu tinggi itu dengan cermat.

Sejatinya, penjajahan berabad yang terjadi di sini, bukan bersifat penindasan fisik semata, tapi menyerang ranah pemikiran dan keyakinan bangsa agung ini.

Barangkali Anda masih ingat tentang gold, glory, gospel?

Ya, gold berarti keinginan memeroleh kekayaan di wilayah-wilayah baru yang ditemukan. Eksploitasi kekayaan dari wilayah baru itu kemudian digunakan untuk kepentingan kerajaan/negara imperialis seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, Perancis, Swiss, dan lainnya.

Glory diartikan sebagai kejayaan atau lebih rinci lagi memeroleh wilayah jajahan untuk dikuasai melalui penjelajahan samudera.

Maka, negara-negara imperialis Barat pernah memiliki banyak wilayah koloni di pelbagai belahan dunia.

Lalu gospel  mewajibkan “tugas suci” pengabaran Injil perlu dilakukan di mana pun dan kapan pun.

Budaya bahari makin tergusur. Jejak mereka hanya bisa ditemukan dalam wiracarita, dongeng, panji, babad, serat. Bangsa bahari yang gagah berani dan disegani, lambat laun menjadi pecundang di hadapan bangsa lain.

Kini, Amerika lah yang kemudian tampil sebagai “penguasa dunia” dengan menempatkan lima belas pangkalan militer, mengelilingi Indonesia.

Tak hanya itu. Singapura yang negara kecil minim sumber daya alam saja, malah menguasai jalur perdagangan Dunia Timur menuju Barat, dan sebaliknya. China, malah sedang bersiap melanjutkan tongkas estafet penguasa tunggal tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com