Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
Kenyataannya dalam wawancara tersebut Rajoelina tak menyebutkan mengenai penyuapan yang dilakukan oleh WHO.
Sementara itu, Rajoelina sendiri maupun WHO telah sama-sama membuat pernyataan pada publik mengenai kerjasama mereka pada pengamatan klinis Covid-Organics pada 21 Mei 2020 lalu.
“Selesai berdiskusi dengan @DrTedros
yang memuji upaya #Madagaskar dalam memerangi #Covid19 .
@WHO
akan menandatangani “pada perumusan #CovidOrganics dan akan mendukung proses observasi klinis di #Afrika ,” tulis Rajoelina dalam unggahannya.
Successful exchange with @DrTedros who commends #Madagascar’s efforts in the fight against #Covid19.@WHO will sign a confidentiality clause on the formulation of the #CovidOrganics and will support the clinical observations process in #Africa. pic.twitter.com/SCZZRDKheV
— Andry Rajoelina (@SE_Rajoelina) May 20, 2020
Adapun di hari yang sama Dirjen WHO Tedros Ghebreyesus juga membuat unggahan dalam akunnya bahwa mereka tengah membahas kerjasama dalam sebuah penelitian.
“Sebuah telepon yang menyenangkan dengan @SE_Rajoelina, Presiden #Madagaskar, tentang situasi #COVID19 di negaranya. Kami membahas cara bekerja sama dalam penelitian dan pengembangan terapeutik. Dan kami sepakat bahwa solidaritas adalah kunci untuk memerangi pandemi dan menjaga dunia tetap aman."
Good call with @SE_Rajoelina, President of #Madagascar, about the #COVID19 situation in his country. We discussed how to work together on therapeutics research and development. And we agreed that solidarity is key to fighting the pandemic and keeping the world safe.
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) May 21, 2020
Dari penelusuran Kompas.com tersebut, informasi yang mengatakan bahwa Madagaskar keluar dari WHO adalah tidak benar.
Dikutip dari AFP WHO membantah bahwa Madagaskar telah menarik diri dari keanggotaan WHO.
"Ini salah, benar-benar salah. Tidak pernah ada pertanyaan tentang Madagaskar yang meninggalkan WHO. WHO tidak pernah menerima pemberitahuan tentang efek ini," kata Michel Yao pada 26 Mei, Petugas Operasi Darurat WHO Afrika dikutip dari AFP.
Informasi tersebut adalah informasi palsu yang pernah menyebar pada 2020 lalu dan kembali menyebar di tahun 2021 ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.