Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Ebola Muncul di Pantai Gading, Apa Bahaya dan Gejalanya?

Kompas.com - 16/08/2021, 19:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kasus virus Ebola dilaporkan kembali muncul di wilayah Pantai Gading, Afrika.

Kemunculan virus ini adalah yang pertama kalinya sejak 1994 atau 25 tahun lalu.

Menteri Kesehatan Pantai Gading Pierre N’Gou Demba mengatakan, pejabat di Institut Pasteur telah mengkonfirmasi kemunculan kasus Ebola setelah sampel tes penyakit didapatkan dari perempuan Guinea berusia 18 tahun.

Baca juga: Kasus Penyakit Ebola Muncul Lagi di Pantai Gading Setelah 1994

Perempuan itu meninggalkan kota Labe di Guinea melalui jalan darat untuk menuju Pantai Gading pada Rabu (11/8/2021).

"Ini adalah kasus yang terisolasi dan diimpor," kata Demba pada Sabtu malam (14/8/2021), seperti yang dilansir dari The Guardian.

 

Setelah dites positif, pasien virus Ebola tersebut kini dalam perawatan intensif di Abidjan.

“Sangat memprihatinkan bahwa wabah ini telah dinyatakan di Abidjan, sebuah kota metropolitan berpenduduk lebih dari 4 juta orang,” ujar Matshidiso Moeti, direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia dikutip dari Washington Post, (15/8/2021).

Pantai Gading telah memiliki dosis vaksin Ebola, yang akan diberikan kepada setiap orang yang telah kontak dengan pasien tersebut, seperti petugas medis yang merawatnya.

Baca juga: WHO Umumkan Berakhirnya Wabah Ebola Kedua di Guinea

Lantas, apa itu virus Ebola? Apa penyebabnya, bagaimana gejala, dan perawatannya? 

 

Mengenal Ebola

Dikutip dari laman CDC, penyakit Ebola atau Ebola Virus Disease adalah penyakit langka dan mematikan yang menyerang manusia maupun primata.

Virus tersebut menyebar di wilayah Sub-Sahara Afrika.

Manusia bisa tertular penyakit Ebola dari kontak langsung dengan binatang terinfeksi (kelelawar atau primata) atau melakukan kontak langsung dengan seseorang yang terinfeksi virus Ebola.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menyetujui penggunaan vaksin Ebola rVSV-ZEBOV yang memiliki nama dagang Ervebo untuk mencegah seseorang terinfeksi penyakit ini.

FDA meyakini vaksin tersebut melindungi seseorang dari virus Ebola jenis Zaire Ebolavirus.

Baca juga: Wabah Virus Ebola di Kongo Capai 100 Kasus, 43 Meninggal Dunia

Bahaya virus Ebola

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian penyakit Ebola berada di kisaran 50 persen, tepatnya antara 25 hingga 90 persen.

Ebola adalah virus biang infeksi yang menyebabkan pendarahan parah, kegagalan organ, dan berdampak fatal apabila tidak ditangani dengan tepat.

Penyebab Ebola

Ebola sendiri bisa disebabkan oleh sejumlah virus Ebola yakni:

  • Ebola virus (Zaire Ebolavirus)
  • Sudan virus (Sudan Ebolavirus, sp)
  • Tai Forest virus (Taï Forest Ebolavirus sp)
  • Bundibugyo virus (Bundibugyo virus sp)
  • Reston virus (Reston Ebolavirus sp)
  • Bombali virus (Bombali Ebolavirus sp)

Dari jenis virus tersebut yang bisa menyebabkan sakit pada manusia adalah Ebola, Sudan, Tai Forest, dan Bundibugyo virus.

Sementara itu, Reston virus menyebabkan Ebola pada primata dan babi namun tak menyerang manusia.

Sebelumnya Bombali virus pertama kali diidentifikasi pada kelelawar tahun 2018 dan para peneliti belum mengetahui apakah ini akan menyebabkan penularan pada manusia.

Baca juga: Kongo Kembali Umumkan Munculnya Kasus Kematian akibat Virus Ebola

 

Sejarah

Virus Ebola, pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di dekat sungai Ebola yang sekarang dikenal dengan wilayah Republik Demokratik Kongo.

Sejak saat itu, Ebola kemudian menyebar ke sejumlah negara di Afrika.

Namun para peneliti tak mengetahui darimana sebenarnya virus Ebola berasal. 

Proses penularan

Akan tetapi sejumlah penelitian menduga virus ini berasal dari primata maupun kelelawar.

Binatang yang terinfeksi kemudian menularkan virusnya ke binatang lain seperti kera, monyet, dan manusia.

Virus dapat menyebar pada manusia melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh maupun jaringan hewan.

Selanjutnya virus menyebar ke manusia lain melalui kontak langsung dengan cairan tubuh pasien hidup maupun yang meninggal yang ternyata terinfeksi virus tersebut.

Penularan juga dapat terjadi ketika seseorang menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan virus.

Ebola juga bisa menular melalui hubungan seksual dengan orang yang sakit maupun telah sembuh dari sakit.

Baca juga: Mengenal Penyakit Ebola, Ini 8 Fakta tentang Virus Ebola yang Mematikan

 

Tanda dan gejala

Gejala Ebola akan terlihat usai 2 hingga 21 hari usai seseorang terinfeksi. Adapun biasanya gejala terlihat pada hari ke-8.

Adapun sejumlah gejala dari Ebola yang bisa muncul yakni:

  • Demam
  • Perasaan sakit dan nyeri seperti sakit kepala, sendi dan otot
  • Kelemahan dan kelelahan
  • Sakit tenggorokan
  • Kehilangan selera makan
  • Gejala gastrointestinal seperti sakit perut, diare, dan muntah
  • Pendarahan atau memar yang tak bisa dijelaskan sebabnya

Adapun gejala lain yakni influenza, malaria, demam tifoid.

Baca juga: Mengenal Virus Ebola yang Diimpor Jepang untuk Olimpiade 2020

Perawatan

Adapun pengobatan untuk kasus Ebola obat yang disetujui saat ini adalah penggunaan Inmazeb yang merupakan kombinasi 3 antibodi monoclonal.

Selanjutnya Ebanga yakni antibody monoclonal tunggal yang disetujui Desember 2020 lalu.

Adapun perawatan pendukung yakni pemberian cairan dan elektrolit secara oral maupun melalui infus.

Serta menggunakan obat untuk mengatur tekanan darah, mengurangi muntah dan diare, serta mengelola demam dan nyeri maupun mengobati infeksi lain.

Baca juga: Siapakah Taliban, Kelompok yang Mengambil Alih Kekuasaan Afghanistan?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com