Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Cerita PCR Gratis di NTT

Kompas.com - 30/07/2021, 18:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAHABAT saya yang pejuang kemanusiaan sepi pamrih ramai kerja, Dr Elcid Li dari Kupang melaporkan bahwa Juli 2021 merupakan bulan kedelapan para aktivis Forum Academia NTT berhasil mendirikan Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT.

Laboratorium swadaya warga Kupang ini dipimpin oleh Dr Fima Inabuy, ilmuwan biomolekular lulusan universitas Washington State.

Gagasan membuat tes massal melalui pooled test berbasis PCR sudah hadir pada bulan Maret 2020 namun baru terwujud pada bulan Oktober 2020.

Itu pun akibat laskar Forum Academica NTT ngotot dan ada juga anak-anak muda NTT yang amat solid yang bersedia berjibaku bersama setiap hari,

Baca juga: Perdana, Tes Covid-19 Massal Bakal Digelar di NTT Pekan Ini

Tanda bahaya

Anak-anak muda ini bekerja dalam situasi emergency. Masuk jam 9 pagi, pulang kadang baru jam 2 pagi.

Tiga buah kasur disediakan di beberapa lorong agar mereka bisa rebahan jika tubuh sudah terlalu penat. Terutama sambil menunggu mesin PCR beroperasi.

Anak-anak muda ini berasal dari berbagai wilayah NTT seperti Manggarai, Ende, Waingapue, Anakalang, Lemata, Alor, Sabur, Rote dan Timor.

Beroperasi sejak Oktober 2020 tidak kurang 15.000 sampel sudah mereka periksa dengan ekstrasi manual.

Dengan tes massal ini sebenarnya mereka memberi isyarat tanda bahaya kepada pemerintah. Sejak akhir Mei mereka sudah berteriak agar pemerintah daerah segera mengetatkan pintu masuk.

Tetapi semua terpaku pada pemerintah pusat. Akibatnya waktu pun terbuang percuma.

Terlambat

Pada saat grafik positivity rate di NTT menjulang pada antara akhir Maret hingga awal Juni 2021, seharusnya pintu-pintu masuk diperketat, dan tes diperbanyak. Namun lagi-lagi sains dikalahkan ketimbang birokrasi tanpa tujuan.

Saat ini NTT merupakan daerah di luar Jawa Bali dengan tingkat penyebaran varian Delta justru yang tertinggi.

Wajar saja, jika sampel yang dikirim butuh waktu kurang lebih 6 minggu baru bisa mendapatkan hasil.

Sulit dibayangkan sudah sejauh mana varian Delta menyebar di NTT. Ya pasti lagi-lagi terlambat!

Di masa pandemi, tanpa solidaritas kemanusiaan yang diperkuat, bahkan lebih sibuk urus berdagang alat kesehatan dan turunannya, sebenarnya kita sedang sibuk menggali lubang kubur untuk diri sendiri.

Tes PCR gratis

Satu di antara sekian banyak penyebab meningkatnya jumlah warga wafat akibat keterlambatan deteksi PCR bukan karena tidak ada alat deteksi namun akibat tidak semua warga Indonesia bisa memperoleh tes PCR secara gratis.

Maka perjuangan para pemuda pemudi terbaik yang tergabung di Forum AcademIa NTT menggratiskan tes PCR benar-benar bukan hanya layak namun bahkan wajib dihargai dan dihormati.

Menyedihkan bahwa sementara para warga NTT bisa memperoleh tes PCR secara gratis ternyata di lain daerah termasuk di DKI Jakarta banyak warga tidak berhasil memperoleh tes PCR akibat tidak mampu membayar harga yang bahkan bisa mencapai satu juta rupiah untuk setiap tes PCR.

Sungguh menakjubkan bahkan mengharukan bagaimana secara swadaya mandiri para anak muda NTT terbukti mampu menggratiskan tes PCR bagi para warga NTT demi mempercepat upaya melenyapkan pagebluk Corona dari bumi NTT.

Jika NTT bisa maka dapat diyakini lain-lain daerah Indonesia juga pasti bisa menggratiskan PCR. Kalau mau pasti mampu. Bahkan jika warga mampu berarti pemerintah lebih mampu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com