KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo dan pejabat negara lainnya diminta tak lagi menggunakan aplikasi WhatsApp sebagai media telekomunikasi.
Penyebabnya adalah keberadaan spyware Pegasus buatan perusahaan Israel, NSO Group.
WhatsApp dianggap sebagai celah paling potensial bagi Pegasus untuk menyusup ke ponsel milik pejabat negara, dan kemudian secara leluasa meretas data yang ada di dalamnya.
Mengutip Kompas.com, Selasa (27/7/2021), laporan Amnesty International dan Citizen Lab menyebutkan beberapa kepala negara, aktivis, politisi dan jurnalis, diduga menjadi target pengintaian Pegasus.
Dalam laporan itu, total ada 50.000 nomor ponsel yang menjadi sasaran potensial Pegasus. Termasuk nomor milik 10 Perdana Menteri, tiga Presiden, dan seorang Raja.
Benarkah WhatsApp rentan diretas Pegasus?
Baca juga: Simak, Ini Syarat Perjalanan Orang Dalam Negeri PPKM Level 1-4
Pemerhati keamanan siber Yerry Niko Borang membenarkan bahwa WhatsApp memang menjadi salah satu celah potensial bagi Pegasus untuk meretas data milik seseorang.
Yerry mengatakan, hal itu disebabkan adanya celah dari aplikasi WhatsApp yang kemudian dimanfaatkan oleh pembuat Pegasus, NSO Group asal Israel.
"Benar. Ada celah keamanan yang dimanfaatkan pencipta Pegasus. Sebenarnya ini (Pegasus) sudah 3-4 tahun beredar. Cuma baru ramai sekarang," kata Yerry, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/7/2021).
Yerry mengatakan, enkripsi end-to-end yang diterapkan WhatsApp tidak akan banyak membantu ketika berhadapan dengan Pegasus.
"Tetap mampu dilakukan (peretasan). Karena Pegasus buatan NSO Group ini mengekspoitasi sistem operasi core-nya (WhatsApp)" ujar Yerry.
Baca juga: Simak, Ini Cara Mengamankan Akun WhatsApp dari Peretasan!
Tak hanya Pegasus, Yerry mengatakan bahwa WhatsApp juga rentan terhadap serangan siber yang dilakukan oleh spyware-spyware lain, seperti FinFisher.
"Bukan hanya Pegasus sebenarnya ada banyak tools lain. Cuma Pegasus ini punya fasilitas cukup lengkap dan menawarkan interface mudah untuk penggunanya," kata Yerry.
Mengenai FinFisher, Yerry menyebutkan bahwa spyware itu bisa ditempelkan pada semua dokumen, mulai dari dokumen PDF hingga hingga gambar.
"Begitu di-klik dia (FinFisher) akan menginfeksi semua bentuk device, dari HP sampe laptop. Ini (FinFisher) juga sangat digemari di jagat intelijen politik, dan bisnis, terutama untuk memata-matai lawan politik, membungkam jurnalis, dan lain-lain," ujar dia.