Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat PPKM Darurat dan Dampaknya terhadap Penanganan Pandemi di Indonesia...

Kompas.com - 02/07/2021, 08:28 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia dalam sebulan terakhir membuat sistem layanan kesehatan kewalahan.

Di banyak daerah, khususnya Pulau Jawa, rumah sakit mulai terisi penuh. Kesediaan tabung oksigen tak mencukupi kebutuhan pasien.

Kisah miris banyaknya pasien Covid-19 tak tertolong menjadi bukti atas kondisi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia yang tak siap menghadapi situasi krisis.

Merespons situasi ini, pemerintah akan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat untuk Pulau Jawa dan Bali.

PPKM darurat mulai diimplementasikan pada 3-20 Juli 2021.

Kebijakan ini diumumkan Presiden Joko Widodo dalam konferensi pers virtual pada Kamis (1/7/2021).

Baca juga: Aturan Perjalanan PPKM Darurat 3-20 Juli: Harus Tunjukkan Kartu Vaksin

Apakah PPKM Darurat efektif menekan angka penyebaran virus corona di Indonesia?

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, PPKM darurat belum merespons situasi darurat yang terjadi saat ini.

“Itu baru tahapan namanya saja darurat. Tapi isinya belum bisa dikatakan merespons situasi yang darurat. Itu pendapat saya,” ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (1/7/2021).

Menurut dia, aturan dalam PPKM Darurat masih memberi celah multitafsir, seperti pelaksanaan WFH 100 persen, akan tetapi hanya untuk sektor non-esensial.

Sementara, untuk sektor esensial masih dibagi lagi menjadi sejumlah peraturan lain yang dinilainya tidak akan efektif.

Dicky berpendapat, yang paling tepat tetaplah lockdown.

“Minimal (lockdown) dua minggu,” ujar dia.

Dicky mengatakan, pemerintah bisa menerapkan lockdown bersamaan dengan menambah testing, tracing, karantina, serta vaksinasi. 

“Baru setelahnya PPKM darurat,” kata Dicky.

Langkah seperti ini dinilainya akan membuat angka penurunan kasus menjadi lebih terukur dan bertahap.

Dengan kebijakan saat ini, ia khawatir fasilitas kesehatan akan semakin tumbang jika tak ada langkah agresif.

Baca juga: Aturan Lengkap PPKM Darurat Jawa-Bali, Berlaku 3-20 Juli 2021

Pengawasan ketat

Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama mengatakan, WFH khusus semua sektor non-esensial dalah hal yang sudah baik untuk dilakukan saat ini.

Meski demikian, implementasinya harus diikuti dengan pengawasan yang ketat. 

“Karena selalu masalahnya adalah implementasi di lapangan banyak yang melanggar,” ujar dia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (1/7/2021).

Bayu mengatakan, seharusnya ada sanksi bagi yang melanggar aturan PPKM Darurat karena selama ini tidak ada tindakan bagi yang tak taat aturan PPKM.

Untuk aturan lainnya, Bayu menganggapnya sudah cukup baik untuk situasi saat ini. 

“Bepergian harus vaksin plus PCR atau antigen itu bagus karena bisa meningkatkan cakupan vaksinasi dan memastikan paling tidak yang berangkat risikonya rendah karena sudah vaksin,” ujar dia.

Peraturan lain seperti pengetatan wajib masker juga dinilainya baik, tetapi butuh pengawasan dan sanksi.  

Sementara, terkait target testing yang disesuaikan di masing-masing daerah, pemerintah harus mengawasinya dengan ketat dan menindak tegas pemerintah daerah yang "bandel".

Baca juga: PPKM Darurat Jawa-Bali, Ini Daftar Daerah yang Menerapkannya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 14 Poin Utama PPKM Darurat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Tren
Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Tren
Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Tren
Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com