Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Varian Delta dengan Delta Plus, Ini Penjelasan WHO

Kompas.com - 27/06/2021, 17:04 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Virus corona penyebab Covid-19 terus bermutasi dan menghasilkan varian-varian baru yang memiliki karakteristik masing-masing.

Sejauh ini sudah ada 11 varian virus corona yang berhasil diidentifikasi dan diberi nama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kesebelas varian itu diberi nama sesuai alfabet Yunani, yaitu Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon, Zeta, Eta, Theta, Iota, Kappa, dan Lambda.

Baca juga: Penambahan Kasus Covid-19 Indonesia Peringkat Ke-5 Sedunia

Salah satu varian yang kini menjadi perhatian adalah varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India, dan diduga menjadi salah satu penyebab perburukan situasi Covid-19 di negara itu.

Varian Delta juga telah dikonfirmasi menyebar di Indonesia.

Sama seperti di India, varian Delta juga turut menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air. 

Penelitian yang terus dilakukan terhadap varian tersebut juga mengungkap fakta baru bahwa varian Delta masih terus bermutasi dan menghasilkan varian Delta Plus.

Baca juga: Varian Delta Dapat Menular Hanya Berpapasan 5-10 Detik, Apakah 3M Masih Cukup?

Lantas, apa beda varian Delta dengan varian Delta Plus?

Mengutip tayangan video WHO di Twitter, Minggu (27/6/2021) Kepala Ilmuwan WHO Dr Soumya Swaminathan memberikan penjelasan tentang varian Delta dan Delta Plus.

Penjelasan itu dia sampaikan dalam tanya jawab virtual yang digelar WHO pada Kamis (24/6/2021).

Varian Delta

Soumya mengatakan, varian Delta pertama kali terdeteksi di India, dan tercipta berkat gabungan mutasi, sehingga menyebabkan varian tersebut menjadi lebih menular ketimbang virus aslinya.

"Varian Delta setidaknya dua kali lebih menular dibandingkan dengan virus aslinya. Artinya, jika seseorang terinfeksi varian itu, mereka kemungkinan akan memiliki viral load lebih tinggi," kata Soumya.

Baca juga: Cara Melihat dan Unduh Sertifikat Vaksin Covid-19

Dia mengatakan, viral load yang lebih tinggi itu menyebabkan pasien yang terinfeksi lebih mudah menularkan virus terhadap orang lain.

"Dan oleh karena itu, kemungkinan satu orang tidak hanya dapat menularkan virus ke dua orang, tetapi dapat menularkan virus ke empat, enam, atau bahkan delapan orang," ujar dia.

Kendati demikian, Soumya menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang saat ini beredar dan didistribusikan ke masyarakat, sejauh ini masih efektif, setidaknya mencegah sakit parah yang ditimbulkan dari infeksi virus corona.

Baca juga: Ragam Gejala Covid-19, Apa Saja yang Perlu Diwaspadai?

Varian Delta Plus

Sementara itu, Soumya menjelaskan bahwa penyematan kata Plus pada varian Delta adalah karena varian itu diketahui telah mengalami mutasi lebih lanjut.

Mutasi tersebut juga ditemukan pada varian Beta dan juga varian Gamma.

"Mutasi itu memiliki potensi untuk memengaruhi respons antibodi dalam melawan virus. Sehingga, ada sedikit kekhawatiran bahwa varian ini akan menjadi lebih mematikan, karena ia menjadi lebih kebal terhadap obat-obatan dan vaksin," kata Soumya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Simak 8 Langkah Meningkatkan Imunitas Tubuh

Akan tetapi, menurut Soumya, segi positifnya adalah kasus yang terkait dengan varian Delta Plus masih sangat jarang ditemukan, bahkan secara global.

"Jadi apa yang harus dilakukan? Kita harus terus mengawasi varian ini. Kita harus meningkatkan kapasitas pengurutan genom di berbagai negara di seluruh dunia. Sehingga kita bisa melacak perkembangannya," ujar Soumya.

Selain itu, penelitian lebih lanjut terkait varian Delta Plus juga harus terus dilakukan, untuk mengungkap karakteristik-karakteristik lain yang mungkin dimiliki varian ini.

"Kita harus melacak dan mengumpulkan informasi terkait itu," kata Soumya.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di 6 Provinsi Pulau Jawa dan Nasional, Mana Saja?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Gejala Varian Corona Alpha, Beta, dan Delta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com