Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Beda Varian Delta dengan Delta Plus, Ini Penjelasan WHO

KOMPAS.com - Virus corona penyebab Covid-19 terus bermutasi dan menghasilkan varian-varian baru yang memiliki karakteristik masing-masing.

Sejauh ini sudah ada 11 varian virus corona yang berhasil diidentifikasi dan diberi nama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kesebelas varian itu diberi nama sesuai alfabet Yunani, yaitu Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon, Zeta, Eta, Theta, Iota, Kappa, dan Lambda.

Salah satu varian yang kini menjadi perhatian adalah varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India, dan diduga menjadi salah satu penyebab perburukan situasi Covid-19 di negara itu.

Varian Delta juga telah dikonfirmasi menyebar di Indonesia.

Sama seperti di India, varian Delta juga turut menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air. 

Penelitian yang terus dilakukan terhadap varian tersebut juga mengungkap fakta baru bahwa varian Delta masih terus bermutasi dan menghasilkan varian Delta Plus.

Lantas, apa beda varian Delta dengan varian Delta Plus?


Mengutip tayangan video WHO di Twitter, Minggu (27/6/2021) Kepala Ilmuwan WHO Dr Soumya Swaminathan memberikan penjelasan tentang varian Delta dan Delta Plus.

Penjelasan itu dia sampaikan dalam tanya jawab virtual yang digelar WHO pada Kamis (24/6/2021).

Varian Delta

Soumya mengatakan, varian Delta pertama kali terdeteksi di India, dan tercipta berkat gabungan mutasi, sehingga menyebabkan varian tersebut menjadi lebih menular ketimbang virus aslinya.

"Varian Delta setidaknya dua kali lebih menular dibandingkan dengan virus aslinya. Artinya, jika seseorang terinfeksi varian itu, mereka kemungkinan akan memiliki viral load lebih tinggi," kata Soumya.

Dia mengatakan, viral load yang lebih tinggi itu menyebabkan pasien yang terinfeksi lebih mudah menularkan virus terhadap orang lain.

"Dan oleh karena itu, kemungkinan satu orang tidak hanya dapat menularkan virus ke dua orang, tetapi dapat menularkan virus ke empat, enam, atau bahkan delapan orang," ujar dia.

Kendati demikian, Soumya menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang saat ini beredar dan didistribusikan ke masyarakat, sejauh ini masih efektif, setidaknya mencegah sakit parah yang ditimbulkan dari infeksi virus corona.

Mutasi tersebut juga ditemukan pada varian Beta dan juga varian Gamma.

"Mutasi itu memiliki potensi untuk memengaruhi respons antibodi dalam melawan virus. Sehingga, ada sedikit kekhawatiran bahwa varian ini akan menjadi lebih mematikan, karena ia menjadi lebih kebal terhadap obat-obatan dan vaksin," kata Soumya.

Akan tetapi, menurut Soumya, segi positifnya adalah kasus yang terkait dengan varian Delta Plus masih sangat jarang ditemukan, bahkan secara global.

"Jadi apa yang harus dilakukan? Kita harus terus mengawasi varian ini. Kita harus meningkatkan kapasitas pengurutan genom di berbagai negara di seluruh dunia. Sehingga kita bisa melacak perkembangannya," ujar Soumya.

Selain itu, penelitian lebih lanjut terkait varian Delta Plus juga harus terus dilakukan, untuk mengungkap karakteristik-karakteristik lain yang mungkin dimiliki varian ini.

"Kita harus melacak dan mengumpulkan informasi terkait itu," kata Soumya.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/27/170400465/beda-varian-delta-dengan-delta-plus-ini-penjelasan-who

Terkini Lainnya

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klink ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klink ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke