Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suplai Oksigen Disebutkan Menipis karena Covid-19, Ini Kata Menkes

Kompas.com - 26/06/2021, 19:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebutuhan oksigen medis, terutama di Pulau Jawa disebutkan mengalami peningkatan cukup signifikan.

Hal ini terjadi akibat lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Sementara, suplai oksigen selama ini lebih banyak digunakan untuk kebutuhan industri.

Menanggapi peningkatan kebutuhan oksigen medis, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mendapatkan komitmen dari produsen okigen untuk mengalihkan penjualan oksigen industri untuk oksigen medis.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (25/6/2021).

“Komitmen dari perusahaan ini adalah 75 persen oksigen diberikan untuk mensuplai oksigen di rumah sakit, sehingga dengan demikian kita masih punya room yang cukup,” kata Budi.

Baca juga: Ragam Gejala Covid-19, Apa Saja yang Perlu Diwaspadai?

Produsen oksigen

Sebelumnya, kapasitas produksi oksigen di Indonesia sebanyak 75 persen untuk penjualan industri dan 25 persen untuk penjualan medis.

"Oksigen yang ada itu cukup. Kita memiliki kapasitas produksi oksigen di Indonesia itu sebagian besar untuk oksigen industri," tutur Budi

Terdapat beberapa perusahaan oksigen di Pulau Jawa. Yakni 4 di Jawa Barat, 1 di Jawa Tengah, dan 4 di Jawa Timur.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di 6 Provinsi Pulau Jawa dan Nasional, Mana Saja?

Kapasitas produksi gas oksigen di Indonesia 650 juta ton per tahun. Untuk tahun ini, hingga Juni 2021 tercatat sudah ada 7 juta liter oksigen yang telah dipesan.

"Kami sudah mendapatkan komitmen dari supplier-supplier oksigen ini bahwa mereka bisa mengalihkan yang kapasitas buat industri ke oksigen medis," jelas Budi.

Adapun jika terjadi hambatan produksi di salah satu produsen oksigen, kata Budi, maka produsen oksigen lain harus siap menutup kekurangannya.

Baca juga: Cara Melihat dan Unduh Sertifikat Vaksin Covid-19

Oksigen di Jawa Tengah

Diketahui, pasokan oksigen untuk perawatan pasien Covid-19 di Jawa Tengah sempat dikabarkan menipis.

"Sampai sekarang belum ada laporan yang betul-betul kosong. Kalau menipis memang iya. Karena pemakaian meningkat drastis," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mengutip pemberitaan Kompas.com (21/6/2021).

Menanggapi hal ini, Menkes mengatakan bahwa pasokan oksigen di Jawa Tengah menipis akibat pabrik yang memproduksi oksigen sempat mengalami mati listrik.

"Yang kemarin kalau teman-teman sempat dengar ada isu di Jawa Tengah sebenarnya itu karena memang pas ada kondisi pabriknya sempat berhenti karena aliran listrik yang terganggu sebentar," tutur Budi.

Baca juga: Pertamina Tukar Tabung Elpiji 12 Kg dengan Bright Gas, Apa Istimewanya?

Meski hanya sebentar mengalami mati listrik, tetapi pabrik membutuhkan waktu cukup lama untuk memulai kembali mesin-mesin produksi.

Oleh sebab itu, Kemenkes juga berkoordinasi dengan PLN agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

"Kita sudah berkoordinasi dengan PLN untuk memastikan agar suplai listriknya itu konsisten untuk seluruh pabrik-pabrik oksigen yang ada di Jawa," imbuh dia.

Baca juga: Viral Video Mobil Tangki Gas Elpiji Bocor di Jalan, Bagaimana Ceritanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com