Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menghayati Pernyataan Prof Hendropriyono

Kompas.com - 23/05/2021, 11:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MANTAN Kepala Badan Intelejen Nasional Prof DR AM Hendropriyono menyatakan bahwa Palestina dan Israel bukan urusan Indonesia.

Pernyataan tersebut terkait maraknya pro-kontra Indonesia melibatkan diri ke dalam kemelut konflik Israel-Palestina.

Menurut Guru Besar Sekolah Tinggi Intelejen Negara tersebut, banyak pihak sudah terbawa arus pengkhianatan mendukung ideologi khilafahisme, liberalisme, kapitalisme, komunisme, atau isme-isme asing apapun.

Persatuan internasional

Lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando ABRI tahun 1989 penerima anugerah Wira Karya Nugraha merupakan professor ilmu filsafat intelejen pertama dan satu-satunya di dunia maka dapat diyakini bahwa pernyataan beliau memiliki latar belakang pemikiran kearifan tersendiri.

Namun di sisi lain pernyataan mantan Menteri Transmigrasi dan Permukiman Perambah Hutan tentang Palestina dan Israel tidak seiring-sejalan dengan sikap Presiden Joko Widodo beserta Menlu Retno yang jelas lebih berpihak ke Palestina ketimbang Israel.

Presiden Jokowi bahkan telah menjalin kesepakatan bersama Presiden Turki, Raja Malaysia, Perdana Menteri Singapura, Sultan Brunei Darussalam, Presiden Afghanistan demi menggalang persatuan internasional melindungi Palestina dari angkara murka penindasan Israel.

Suatu upaya yang tidak sia-sia sebab terbukti kini Israel dan Hamas menyepakati genjatan senjata.

Peringatan

Apabila direnung secara lebih mendalam, dapat dimahfumi bahwa pernyataan Prof Hendro pada hakikatnya merupakan peringatan bagi bangsa Indonesia bahwa sebenarnya masih ada urusan yang lebih penting ketimbang urusan Israel-
Palestina nun jauh di sana untuk diurus oleh bangsa Indonesia yaitu urusan lebih dekat di depan mata bangsa Indonesia sendiri.

Semisal urusan angkara murka kapal nelayan dan militer Republik Rakyat China yang nekat merangsek masuk ke wilayah kelautan bangsa, negara dan rakyat Republik Indonesia.

Ibarat gajah di seberang lautan tampak, kuman di pelupuk mata tak tampak maka pada hakikatnya Prof Hendropriyono arif mengingatkan bangsa Indonesia untuk sambil mengurus pelanggaran hak asasi manusia nun jauh di Palestina, tidak lalai mengurus agresi pelanggaran kedaulatan wilayah kelautan Indonesia yang dilakukan oleh bangsa asing.

Selaras gelora semangat perjuangan bela bangsa, bela negara dan bela rakyat yang terkandung di dalam semboyan TNI Angkatan Laut Jalesveva Jayamahe. Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com