KOMPAS.com - Pemerintah India meminta platform media sosial Twitter untuk menghapus lusinan twit yang mengritik penanganan Covid-19 di India.
Beberapa twit di antaranya ditulis oleh anggota parlemen lokal.
India kini berada dalam cengkraman gelombang kedua Covid-19 dengan mencatatkan rekor dunia kasus harian selama tiga hari berturut-turut.
Baca juga: Catatkan Rekor Dunia Kasus Harian Covid-19 Tertinggi, Rumah Sakit di India Kirim SOS
Melansir Reuters, Minggu (25/4/2021), juru bicara Twitter mengatakan, pihaknya telah menahan beberapa twit setelah permintaan pemerintah India.
Menurut Twitter, pemerintah membuat perintah darurat untuk melakukan sensor twit.
Dalam permintaan hukum tertanggal 23 April 2021, ada 21 twit yang disebutkan, di antaranya adalah dari seorang anggota parlemen bernama Revnath Reddy, mantan menteri di negara bagian Benggala Barat bernama Moloy Ghatak, dan pembuat film Avinash Das.
Pemerintah menggunakan Undang-Undang Teknologi Informasi Tahun 2000 dalam permintaannya.
"Saat kami menerima permintaan hukum yang sah, kami meninjaunya berdasarkan Peraturan Twitter dan hukum setempat," kata juru bicara Twitter.
"Jika konten melanggar aturan Twitter, konten tersebut akan dihapus dari layanan. Jika ditetapkan sebagai ilegal di yurisdiksi tertentu, tetapi tidak melanggar Aturan Twitter, kami dapat menahan akses ke konten tersebut hanya di India," lanjut jubir Twitter tersebut.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Video Diklaim Korban Covid-19 di India Bergelimpangan di Jalanan
Ia juga mengonfirmasi bahwa Twitter telah memberitahu pemegang akun secara langsung tentang penahanan konten mereka.
Diketahui, rumah sakit di Delhi telah memperingatkan bahwa mereka berada di titik puncak. Di Holy Family Hospital, unit perawatan intensif penuh dan tidak ada ruang yang tersedia.
"Hampir setiap rumah sakit terancam. Jika oksigen habis, tidak ada kelonggaran bagi banyak pasien," kata Dr Sumit Ray.
"Dalam beberapa menit, mereka akan mati. Anda dapat melihat pasien-pasien ini menggunakan ventilator, mereka membutuhkan oksigen aliran tinggi. Jika oksigen berhenti, kebanyakan dari mereka akan mati," sambungnya.
Rumah sakit lain telah mengeluarkan pesan SOS untuk oksigen yang berkurang hingga 30 menit.
Baca juga: Epidemiolog: Usulan Kemenkes agar WN India Dilarang Masuk Tepat, Harus Segera
Rumah Sakit Moolchand yang memiliki 135 pasien Covid-19 menyebutkan, semua rumah sakit di daerah itu berada dalam situasi yang sama.