Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
Tonang menjelaskan, setiap alat tes sudah memiliki batasan pH tersendiri untuk menunjukkan hasil positif atau negatif sebuah sampel yang di uji.
Apabila sampel pada alat tes yang digunakan sesuai, maka hasil yang muncul pun dapat dipertanggungjawabkan.
Namun apabila sampel yang digunakan adalah sampel yang tidak semestinya, sehingga kandungan pHnya lebih rendah atau lebih tinggi, maka hasil yang muncul pun tidak kredibel.
"Sampel yang pas, seperti swab, (jika) sudah diukur pada pH yang tepat (sesuai) tersebut, maka kit bekerja secara seharusnya. Tapi bila kita berikan sampel di luar pH tersebut, maka alat akan rusak. Akibatnya seolah-olah positif," papar dia.
Selain itu, sampel yang digunakan dalam tes cepat antigen adalah cairan yang ada di nasofaring (belakang hidung) atau orofaring (belakang mulut).
Sehingga ketika ada orang yang menguji coba sampel lain untuk diterapkan pada alat tes cepat antigen, maka alat tidak dapat bekerja sesuai fungsinya dan justru rusak dengan mengeluarkan hasil yang tidak semestinya.
Rapid test antigen hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mengetahui hasilnya.
Karena itu tes cepat antigen ini semestinya hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki kompetensi.
"Ini penting, untuk menghindari terjadinya risiko yang tidak diinginkan, baik pada hasil tes maupun pada orang yang menjalani tes," jelas dia.
Menurut Tonang, dalam setiap proses pengambilan sampel ada risikonya. Sehingga pengambilan sampel swab itu seharusnya hanya oleh tenaga kompeten.
"Tidak (dilakukan) sembarang orang dan tidak (dilakukan di) sembarang tempat," jelas Tonang.
Dari penelusuran yang dilakukan Tim Cek Fakta Kompas.com, video hasil tes swab antigen yang bereaksi positif pada air keran adalah menyesatkan atau hoaks.
Penggunaan alat tes swab antigen harus dilakukan sesuai petunjuk untuk membuktikan hasil yang valid.
Apabila sampel yang digunakan adalah sampel yang tidak semestinya, sehingga kandungan pHnya lebih rendah atau lebih tinggi, maka hasil yang muncul pun tidak kredibel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.