Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
Dicky meluruskan, asidosis laktat adalah salah satu efek yang ditimbulkan dari infeksi virus corona, bukan penyebab infeksi terdeteksi oleh mesin PCR.
"Jadi bukan PCR-nya positif karena asidosis laktat, tidak, karena memang si PCR ini tidak mendeteksi asidosis laktat," kata Dicky.
Selain itu, Dicky mengatakan, teknik pemeriksaan RT-PCR adalah teknik yang sangat spesifik.
"Secara sederhananya, sampel yang diambil dari tubuh itu, yang diduga ada virusnya itu, nanti diberikan semacam larutan kimia yang akan menghilangkan protein, lemak, sehingga yang tersisa hanya RNA," kata Dicky.
"RNA ini kode genetik. Kemudian, si RNA ini diterjemahkan lagi ke bentuk DNA dengan enzim yang spesifik. Jadi enggak ada asam laktat begitu," katanya melanjutkan.
Dicky mengatakan, mesin PCR akan memeriksa apakah dalam sampel yang diambil terdapat DNA dari virus SARS-CoV-2.
"Kalau virus itu ada di sampelnya. Nah nanti DNA virus ini akan terdeteksi di mesin ini, mesin PCR," kata Dicky.
Dengan demikian, Dicky mengatakan bahwa informasi yang beredar itu adalah tidak benar alias hoaks.
"Jadi ini hoax," pungkas Dicky.
Dari konfirmasi tim Cek Fakta Kompas.com, narasi yang mengklaim bahwa asidosis laktat menyebabkan mesin PCR mengeluarkan hasil positif Covid-19 adalah tidak benar alias hoaks.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, asidosis laktat adalah salah satu efek yang ditimbulkan dari infeksi virus corona, bukan penyebab infeksi terdeteksi oleh mesin PCR.
Selain itu, Dicky mengatakan, teknik pemeriksaan RT-PCR adalah teknik yang sangat spesifik, yakni memeriksa keberadaan DNA virus SARS-CoV-2 dari sampel yang telah dimurnikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.