Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Akademisi

Platform publikasi karya akademik dari akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk khalayak luas demi Indonesia yang semakin maju.

Komunikasi Agresif dan Destruktif Netizen Indonesia

Kompas.com - 30/03/2021, 12:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berdasarkan data Hootsuite Wearesocial (2019), pengguna media sosial di Indonesia berjumlah 150 juta atau sebesar 56 persen dari keseluruhan populasi penduduk Indonesia.

Sayangnya, data tersebut baru-baru ini dibarengi dengan hasil penelitian yang dirilis oleh Microsoft bahwa pengguna media sosial Indonesia adalah yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara.

Tentu saja ujaran kebencian menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi risiko kesopanan netizen Indonesia pada riset tersebut.

Ini menunjukkan bahwa komunikasi di media sosial Indonesia cenderung bersifat destruktif daripada konstruktif.

Jika komentar-komentar netizen dicermati lebih jauh, mereka secara terbuka mengungkapkan pendapat dan argumentasinya tentang public figure yang diserang.

Pendapat itu mereka gunakan sebagai justifikasi atau pembenaran ketika menyerang secara verbal.

Namun, yang menjadi catatan dan titik penting adalah perilaku agresif netizen ini ada pada level individu.

Netizen atau pengguna media sosial perlu dilihat sebagai individu-individu yang melakukan tafsir atas realitas dan kemudian menunjukkan ekspresinya di media sosial.

Munculnya frasa "netizen mahabenar" menunjukkan individu-individu ini berada pada sebuah kungkungan pemahaman yang mereka pahami secara sepihak dan parsial atas realitas yang terjadi.

Netizen secara kolektif dan berulang-ulang meyakini bahwa mereka sedang melakukan sesuatu yang "baik" dengan membela pihak yang dianggap dirugikan dan memberikan hukuman kepada yang dianggap bersalah.

Padahal yang terjadi justru sebaliknya, relasi negatif tercipta melalui komunikasi agresif yang ditujukan kepada public figure yang diserang. Di sisi lain, pihak yang dibela juga belum tentu merasa diuntungkan.

Tidak heran, jika kemudian dampak yang muncul adalah kesakitan secara psikologis yang memicu depresi dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Pada kasus yang lebih ekstrem, komunikasi agresif ke public figure bisa berujung pada risiko bunuh diri. Melihat ganasnya netizen Indonesia, kita perlu waspada pada risiko-risiko ini.

Oleh karena itu, sikap mawas diri atau self-awareness penting dimiliki individu pengguna media sosial.

Sadar ketika melakukan tafsir atas pesan-pesan yang diterima di media sosial, dan sadar atas tindakan yang dilakukan kemudian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Tren
Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Tren
Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tren
Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com