Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Kpop, antara Hiburan dan Imperialisme Budaya

Kompas.com - 29/03/2021, 09:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dampak dari dua fenomena global ini membawa kita pada istilah imperalisme budaya yang merujuk pada proses pengaruh sosial yang meliputi kepercayaan, nilai-nilai, pengetahuan, dan norma perilaku serta cara hidup dari suatu negara ke negara lain (Berltran, 1978).

Salah satu efek langsung dari imperalisme budaya adalah terkikisnya identitas dan kearifan lokal seperti adat istiadat, musik, serta cara hidup masyarakat lokal.

Di Indonesia, gejala imperalisme budaya dapat ditarik dari masa kolonial yang menempatkan kebudayaan Belanda sebagai hegemoni.

Sementara itu, Bettina David dalam tulisannya Bollywood, Dangdut Music, and Globalizing Modernities in Indonesia telah menemukan bagaimana pengaruh asing dari India, Arab, Turki mempengaruhi musik populer Dangdut.

Di era Orde Lama, gempuran budaya pop Barat seperti musik rock and roll, yang sempat digemari publik dilarang karena dianggap berpotensi menggeser budaya lokal.

Semangat anti-imperalisme ditunjukkan melalui prinsip Trisaktinya, yaitu berdaulat secara politik, ekonomi, dan kebudayaan sehingga segala bentuk produk asing dilarang, bahkan kelompok musik, Koes Ploes, pernah dipenjara karena dianggap terinspirasi dari The Beatles.

Kemudian di era Orde Baru, Presiden Soeharto membuka kembali keran yang sempat menutup imperalisme budaya Barat, artinya segala produk Barat seperti teknologi dan budaya pop secara masif masuk secara bebas, alhasil kita mulai sering menikmati produk-produk pop Barat seperti film, musik, fashion hingga makanan seperti McD dan KFC.

Di era reformasi, politik kebudayaan semakin terbuka lebar, namun di era ini imperalisme budaya bukan hanya datang dari Barat, tetapi juga dari negara-negara non-Barat (Jepang, India, Cina, Korea, Timur Tengah).

Ariel Heryanto (2015) dalam bukunya Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia mengatakan bahwa dalam konteks pop culture, musik populer Amerika dan film Hollywood memang masih berpengaruh namun tidak lagi secara ekslusif menjadi hegemoni.

Lebih lanjut lagi ia menegaskan bahwa wacana dikotomi Timur versus Barat tidak lagi menonjol di ranah diskusi publik di era yang dijuluki sebagai “Abad Asia”.

Kebudayaan pop dari negara non-Barat (peripheral) hadir sebagai counter-culture dari dominasi dan hegemoni budaya Barat.

Apakah Indonesia juga melakukan imperalisme budaya? Mungkin kita pernah menonton acara ajang pencarian bakat musik dangdut D'Academy Asia tahun 2016 lalu yang ditayangkan dan diproduksi Indosiar.

Yang menarik dari reality show tingkat Asia ini adalah bagaimana kontestan yang berasal dari Asia Tenggara dipaksa menyanyikan lagu dangdut asli Indonesia.

Upaya dangdut-isasi ini boleh jadi merupakan bentuk imperalisme budaya kita kepada negara Asia Tenggara yang masyarakatnya mungkin tidak begitu akrab dengan musik dangdut.

Kebijakan dan strategi kebudayaan 

Konsekunesi globalisasi dan kemajuan teknologi-informasi memang telah mempengaruhi eksistensi budaya lokal kita dan membawa kita pada kondisi ‘krisis kebudayaan’.

Lalu bagaimana kita memelihara kebudayaan nusantara di tengah gempuran budaya asing?

Diperlukan kebijakan dan strategi kebudayaan yang tepat untuk mengatasi hal ini dengan bersikap terbuka terhadap modernitas namun tetap memiliki jati diri sebagai bangsa yang berdaulat dan bermatabat.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menawarkan enam program prioritas untuk menanggulangi permasalahan kebudayaan, antara lain jalur rempah, desa pemajuan kebudayaan, repatriasi cagar budaya, media kebudayaan, advokasi masyarakat adat, dan BLU museum.

Namun yang terpenting lagi adalah kita harus membangun branding nation yang positif dan berkarakter di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda, untuk melindungi bangsa dari gempuran arus kebudayaan global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 8-9 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 8-9 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Minum Kopi Sebelum Makan, Apa Efeknya? | Cabut Gigi Berakhir Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Minum Kopi Sebelum Makan, Apa Efeknya? | Cabut Gigi Berakhir Meninggal Dunia

Tren
Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com