KOMPAS.com - Seismograf. Alat ini digunakan untuk mengukur kekuatan gempa.
Perkembangan alat seismograf saat ini tak lepas dari sosok seorang ahli geologi dan insinyur bernama John Milne.
Di negara rawan bencana seperti Indonesia, penggunaan seismograf kerap digunakan karena seringnya terjadi peristiwa gempa.
Bencana alam ini juga baru terjadi di Jepang berkekuatan magnitudo 7,2 pada Sabtu (20/3/2021) sekitar pukul 18.09 waktu setempat.
Gempa di perairan Pasifik, wilayah Miyagi ini berkedalaman 60 kilometer. Badan Meteorologi Jepang (JMA) memberi peringatan dini gelombang tsunami sekitar setinggi 1 meter.
Berbeda dengan bencana alam lain, seperti banjir, longsor, gunung meletus, dan sejenisnya. Gempa bisa datang kapan saja dan dalam waktu singkat dapat memporakporandakan bangunan di permukaan bumi.
Mari mengenal lebih jauh soal seismograf dan penemunya, John Milne.
Baca juga: Profil Penemu Popok: Marion Donovan
Bagaimana sepak terjang John Milne dalam usahanya mengembangkan seismograf?
John Milne lahir pada 30 Desember 1850 di Liverpool, Inggris.
Dilansir dari Lemelson, ia bersekolah di King's College dan Royal School of Mines, di mana dia mendapatkan mandat untuk menjadi insinyur pertambangan.
Milne pertama kali mulai bekerja di Eropa dengan melakukan penyelidikan mineral untuk tambang. Ia juga berpartisipasi dalam ekspedisi pertambangan pada 1874 ke Sinai.
Kemudian, ia menempuh perjalanan darat selama 11 bulan yang penuh petualangan melintasi Siberia dan sampai akhirnya tiba di Jepang pada 1876.
Memasuki usia 25 tahun, Milne telah menerima jabatan profesor di Imperial College of Engineering yang baru didirikan di Tokyo.
Pada malam pertamanya di Jepang, Milne langsung disambut dengan gempa bumi. Sebagai informasi, studi tentang gempa bumi relatif baru saat itu.
Pada 1980, gempa melanda Yokohama. Hal ini mendorong Milne untuk mengajak kawan-kawannya mendirikan Seismological Society of Japan.