Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Kesehatan Mental Anak Setelah Setahun Belajar dan Beraktivitas di Rumah

Kompas.com - 18/03/2021, 10:27 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sekitar setahun lalu, Presiden Joko Widodo mengeluarkan instruksi agar aktivitas belajar, bekerja, dan beribadah dilakukan dari rumah.

Hal ini dilakukan karena merebaknya penyebaran virus corona, yang terkonfirmasi di Indonesia pada 2 Maret 2020.

Tak hanya orang dewasa, anak-anak Indonesia pun terpaksa melakukan berbagai aktivitas di rumah.

Mulai dari belajar, bermain sampai mencari hiburan, semuanya sebisa mungkin dilakukan di dalam rumah. 

Melihat fakta setahun kegiatan di rumah ini, psikolog sosial dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Laelatus Syifa mengatakan, apa yang terjadi setahun ini bisa berpengaruh pada mental anak.

"Sebenarnya beberapa penelitian itu menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas interaksi dengan teman yang minim pada anak, itu dapat memunculkan perasaan kesepian dan tertekan," kata Laelatus, saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/3/2021).

Baca juga: Hari Ini Setahun Lalu, Kita Semua Diminta Bekerja dan Belajar dari Rumah...

Mengatasi stres pada anak

Laelatus mengatakan, reaksi setiap anak untuk mengekspresikan bentuk stres, kesepiannya, dan rasa tertekannya bisa bermacam-macam.

Oleh karena itu, salah satu upaya paling efektif untuk menjaga kesehatan mental anak adalah membuatnya bahagia. Caranya, yaitu:

  • Mendapat perhatian yang cukup dari orang tua atau orang dewasa di sekitarnya
  • Mendapat kebebasan untuk mengekspolrasi lingkungan yang ada di rumah
  • Mendapat fasilitas untuk menyalurkan energi mereka, bisa yang berkaitan dengan pengetahuan atau bakat yang dimiliki anak
  • Tetao melakukan aktivitas fisik, baik yang motorik halus atau motorik kasar.

"Kebutuhan itu dipenuhi oleh orang-orang yang ada di sekitar mereka, itu adalah hal yang cukup membantu untuk menjaga kesehatan mental anak," jelas Laelatus.

Pengganti teman

Salah satu hal yang hilang dari pembatasan kegiatan di luar rumah adalah interaksi langsung bersama teman.

"Anak itu kehilangan momen berinteraksi dengan temannya hampir setahun ya, padahal kita pahami bahwa teman itu memiliki peran penting dalam perkembangan anak," kata Laelatus.

Ia menjelaskan, ada beberapa hal dari anak yang bisa didapatkan dari teman sebaya, tetapi kurang bisa didapat dari orang tua.

Beberapa hal tersebut, meliputi:

  • Berbagi informasi dan pengetahuan bagi anak, pada fase mereka. Anak menjadikan teman sebagai tempat berbagai informasi yang mungkin bagi orang tua dianggap tidak penting.
  • Keberadaan teman itu bisa mengasah keterampilan terkait empati dan toleransi.
  • Jika terjadi konflik dengan teman, anak dapat berlatih untuk mampu menyelesaikan masalah mereka. Baik itu dalam bentuk regulasi emosi atau bernegosiasi dengan perbedaan pendapat bersama teman.

"Bisa kita bayangkan kalau peran teman ini enggak ada selama setahun, tentu saja ini akan memengaruhi sosial anak," kata Laelatus.

Akan tetapi, bukan berarti kita sebagai orangtua atau orang dewasa di sekitarnya tidak bisa berperan sebagai teman anak-anak. Orang dewasa bisa berperan sebagai teman bagi anak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com