Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Penerima Stiker WhatsApp Akan Dikenai Biaya

Kompas.com - 24/02/2021, 19:29 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Di media sosial Facebook, tersebar informasi yang menyebut penerima stiker WhatsApp akan dikenai biaya.

Dinarasikan, pembuat pesan berantai tersebut mengajak untuk berhenti menggunakan stiker WhatsApp.

Dari konfirmasi yang dilakukan tim Cek Fakta Kompas.com, informasi itu tidak benar alias hoaks.

Narasi yang beredar

Salah satunya yang mengunggah adalah akun bernama Erna Joentax.

Dia mengunggah informasi itu di Facebook pada Selasa, 23 Februari 2021.

Berikut narasi selengkapnya:

"AKBP NYOMAN:

Mohon berita berikut ini dicermati

STOP PEMAKAIAN STICKER Di WHATSAP / WA Bila tdk Terlalu Penting

Aku juga baru tahu !!
Tahukah teman2 ku di group ini..

Kenapa saya tidak suka menggunakan stiker..?

Setiap stiker atau gambar yang saudaraku kirimkan di WA ini pembayarannya dibebankan kpd yg menerima .
Jika anggota group ini ada 20 org saja maka pembuat stiker sudah mendapat uang 20x 250 rupiah untuk satu stiker.

Jika setiap hari di group ini ada 20 stiker dan gambar maka pembuat stiker mendapat uang perhari dari group ini = 20 x20x 250 = 100.000 rupiah.

Jika dalam 1 bln ,brp kah penghasilan pembuat stiker ???
dan berapakah uang pengguna WA yang mendapat kiriman sticker tersedot masuk ke rekening pembuat sticker tersebut

Saya mengajak semuanya untuk stop pakai stiker agar paket / uang kita tidak cepat habis utk memperkaya orang yang sudah kaya !!

Selain besaran nilai rupiah-nya juga memenuhi file data HP.

STOP PENGGUNAAN STICKER..!!

•AKBP NYOMAN: ini tolong di sebar ada bagusnya pengiritan dan tidak penting mulai sekarang jangan kirim2 Stiker ya saudaraku..."

Tangkapan layar unggahan hoaks yang menyebut penerima stiker WhatsApp akan dikenai biaya.FACEBOOK Tangkapan layar unggahan hoaks yang menyebut penerima stiker WhatsApp akan dikenai biaya.

Konfirmasi Kompas.com

Dosen Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Nurcahya Pradana Taufik Prakisya menegaskan bahwa pesan berantai itu adalah tidak benar.

"Hoaks, itu info timbul tenggelam. Saya juga heran, kok ya longgar banget yang buat berita itu," tutur Nurcahya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/2/2021).

Menurutnya, penggunaan stiker WhatsApp hanya dibebankan pada kuota data yang tidak terlalu besar.

"Stiker ukurannya kecil, biasanya tiap stiker yang dikirim juga disimpan di internal storage WhatsApp," tambah Nurcahya.

Pemerhati keamanan siber sekaligus staf Engagement and Learning Specialist di Engage Media, Yerry Niko Borang juga menyatakan bahwa pesan berantai itu hoaks.

Pasalnya, papar Yerry, hingga saat ini tidak ada pemberitahuan resmi dari WhatsApp mengenai hal tersebut.

"Malah WA (WhatsApp) sudah launching stiker sejak lama dan semua gratis. Jadi hoaks kalok stiker berbayar," kata Yerry saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/2/2021).

Yerry melanjutkan, pengguna juga bisa memakai stiker yang dibuat di luar WhatsApp dan itu tidak berbayar.

Untuk ukurannya, stiker WhatsApp hanya hitungan kilo byte, berbeda dengan foto dan video yang bisa mencapai mega byte.

"Sticker itu biasanya karena ada animasinya saja jadi lumayan walau besarnya juga tidak seberapa. Kalok dari WA sama sekali tidak ada charge karena mekanisme pembayaran juga WA belum punya," papar Yerry.

Kesimpulan

Dari konfirmasi yang dilakukan tim Cek Fakta Kompas.com, pesan berantai yang menyebut penerima stiker di Whatsapp dikenai biaya adalah hoaks.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com