Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Virus Corona Bermutasi Tinggi Gabungan Dua Varian SARS-CoV-2

Kompas.com - 20/02/2021, 08:00 WIB
Rendika Ferri Kurniawan

Penulis

KOMPAS.com - Dua varian virus corona SARS-CoV-2diduga telah bergabung dan membentuk virus gabungan atau hybrid yang sangat mudah bermutasi.

Melansir NewScientist, Minggu (13/4/2021) virus tersebut hasil rekombinasi dari varian B.1.1.7 yang ditemukan di Inggris dan varian B.1.429 yang berasal dari California, Amerika Serikat.

Virus ini diduga menjadi penyebab atas gelombang kasus yang terjadi baru-baru ini di Los Angeles, karena virus ini membawa mutasi yang resisten terhadap antibodi.

Rekombinan ini ditemukan oleh Bette Korber di Los Alamos National Laboratory di New Mexico, dan dikemukakannya pada pertemuan yang digelar oleh New York Academy of Sciences pada 2 Februari.

Ia melihat bukti yang cukup jelas dari database genom virus Amerika Serikat.

Kalau terkonfirmasi, rekombinan ini menjadi yang pertama terdeteksi pada pandemi ini.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona B1525 Ditemukan di Inggris, Berpotensi Mengkhawatirkan

Banyak mutasi

Tak seperti mutasi biasa di mana perubahan terakumulasi satu per satu, seperti varian B.1.17 yang muncul, rekombinan ini dapat menyatukan banyak mutasi sekaligus.

Menurut Francois Balloux dari University College London, rekombinasi ini menjadi evolusi yang penting dan dianggap banyak orang sebagai awal mula SARS-CoV-2.

Rekombinasi ini bisa menyebabkan munculnya varian baru yang mungkin lebih berbahaya, meskipun belum jelas seberapa besar ancaman bahaya dari rekombinasi varian virus tersebut.

Belum jelas penularannya

Bette Korber dari Laboratorium Nasional Los Alamos mengatakan, ia hanya melihat satu genom rekombinan di antara ribuan urutan dan tak jelas apakah virus itu ditularkan orang ke orang atau hanya sekali ditularkan.

Rekombinasi umumnya terjadi pada virus corona karena enzim yang mereplikasi genom mereka cenderung terlepas dari untai RNA yang disalin dan kemudian bergabung kembali ke tempat yang ditinggalkannya.

Jika sela inang mengandung dua genom virus corona yang berbeda, enzim dapat berulang kali melompat dari satu ke yang lainnya, menggabungkan elemen yang berbeda dari setiap genom untuk membuat virus gabungan atau hybrid.

Baca juga: Studi Ungkap Mutasi Virus Corona Inggris Berlipat Ganda Setiap 10 Hari

Bisa lebih resisten

Sergei Pond dari University Temple Pensylvania, Amerika Serikat, mengawasi rekombinan dan membandingkan ribuan urutan genom yang diunggah ke dalam database.

Ia mengatakan masih belum ada bukti yang lebih luas soal rekombinasi ini.

"Peristiwa semacam ini dapat memungkinkan virus untuk menggabungkan virus yang lebih menular dengan virus yang lebih resisten," kata Korber dalam pertemuan di New York.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com