"Penelitian vaksin Covid-19 di dunia ini kan ada sampai 200-an kelompok penelitian ya. Tapi setahu saya vaksin dengan pendekatan dendritik, ini adalah yang pertama di dunia," ujar Yetty.
Baca juga: Menristek: Vaksin Merah Putih dari Unair Bisa Diproduksi 2021, tapi Ada Syaratnya
Setelah vaksin selesai diproduksi dan diinjeksikan ke dalam tubuh pasien, sel dendritik yang sebelumnya sudah menjalani masa inkubasi dan diperkenalkan dengan rekombinan antigen Sars-CoV-2, akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus corona penyebab Covid-19.
Dengan begitu, diharapkan vaksin ini dapat melindungi penerima dari infeksi Covid-19 di masa yang akan datang.
Salah satu yang diklaim menjadi kelebihan Vaksin Nusantara ini adalah tidak adanya komponen virus yang turut disuntikkan ke dalam tubuh.
Sebab proses pengenalan sel dendritik dengan rekombinan antigen virus dilakukan di luar tubuh, yakni di laboratorium.
Baca juga: Menristek: Diharapkan Akhir Tahun 2021 Vaksin Merah Putih Dapat Izin Darurat
Selain itu, disebutkan pula tentang komposisi autolog, yaitu pasien hanya menerima suntikan vaksin yang berasal dari sel darahnya sendiri, bukan orang lain.
Berikut ini klaim kelebihan lain Vaksin Nusantara, di antaranya:
Baca juga: Vaksinasi Tahap Dua: 7,5 Juta Dosis Vaksin Segera Didistribusikan
Dalam sebuah kesempatan, mantan Menteri Kesehatan dr Terawan Agus Putranto menyebut nantinya Vaksin Nusantara ini bisa diproduksi dalam jumlah 10 juta dosis dalam satu bulannya.
Menanggapi hal itu, dokter Yetty memberikan gambaran yang memungkinkan hal itu untuk dilakukan.
"Mau diproduksi berapa pun itu enggak masalah, bisa bisa kami upayakan, asalkan sudah lewat (uji klinis) fase 3," ujarnya.
Hal itu dikarenakan vaksin produksi dalam negeri ini dapat dibuat di laboratorium, rumah sakit, atau klinik dengan peralatan dan kemampuan yang sederhana.
"Metodenya kami akan melatih beberapa center untuk bisa melakukan ini. Kami kirimi kit, tenaganya kami latih, labnya kami latih, sehingga bukan cuma di Semarang yang bisa melakukan ini. Mungkin di seluruh Indonesia bisa," jelas Yetty.
"Pembuatan vaksin ini tidak membutuhkan metode yang sangat rumit. Jadi sebenarnya lab atau rumah sakit yang sudah dilatih nanti akan bisa. Kalau perlu penambahan alat atau apa, bisa dibicarakan dengan Kemenkes nanti. Secara teori itu sebenarnya tidak sulit," lanjut dia.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Tahap 2: Ini Perubahan Syarat-syarat Skrining Penerima Vaksin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.