Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Kudeta Militer Myanmar: Dokter Mogok Kerja, Warga Pukul Perkakas dan Bunyikan Klakson

Kompas.com - 03/02/2021, 19:17 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suara pukulan perkakas dapur dan klakson bergema melalui rumah-rumah warga, di kota Yangon, Myanmar pada Selasa (2/1/2021) malam.

Suara-suara tersebut merupakan bentuk protes terhadap kudeta militer, serta penangkapan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

"Merupakan tradisi Myanmar untuk mengusir kejahatan atau karma buruk dengan memukul ember timah atau logam," kata penduduk Yangon, San Tint, dilansir dari Reuters, Selasa (2/1/2021).

Baca juga: Gelombang Protes Anti-kudeta Mulai Bergema di Kota Terbesar Myanmar

Aksi protes

Aksi protes warga sipil itu dilakukan dari balkon apartemen dan rumah mereka masing-masing. Mereka memukul-mukul berbagai alat rumah tangga, membunyikan klakson, serta meneriakan protesnya.

Aksi tersebut disebarkan melalui media sosial. Salah satunya seperi yang direkam oleh akun Facebook Seng.

Mogok kerja

Staf medis memberi salam tiga jari dengan pita merah di seragam mereka di Rumah Sakit Umum Yangon, Myanmar, pada  Rabu (3/2/2021) ketika seruan untuk pembangkangan sipil semakin meningkat menyusul kudeta militer yang menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. AFP/STR Staf medis memberi salam tiga jari dengan pita merah di seragam mereka di Rumah Sakit Umum Yangon, Myanmar, pada Rabu (3/2/2021) ketika seruan untuk pembangkangan sipil semakin meningkat menyusul kudeta militer yang menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

Wacana pembangkangan warga sipil tersebut juga digaungkan melalui media sosial. Para aktivis mendesak agar warga Myanmar melakukan protes terkait kudeta militer tersebut. 

Aksi protes juga datang dari kalangan dokter. Sejumlah dokter di lebih dari 20 rumah sakit mengatakan mereka akan bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil tersebut. 

“Kami tidak dapat menerima diktator dan pemerintah yang tidak dipilih,” kata Myo Thet Oo, seorang dokter yang ikut berpartisipasi. 

Baca juga: Pembangkangan Sipil Makin Menguat di Myanmar, Dokter dan Staf Medis Ambil Bagian

Myi Thet Oo juga menyatakan bahwa dirinya akan mogok kerja dan tidak akan pergi ke rumah sakit tempatnya bekerja pada hari Rabu (3/2/2021) sebagai bentuk protesnya.

Federasi Serikat Mahasiswa Seluruh Burma (ABFSU) juga mendesak pegawai pemerintah untuk berhenti bekerja untuk kabinet baru.

Kondisi di Yangon

Dilansir dari The Guardian, pada Selasa (2/1/2021), kondisi jalanan di kota terbesar Myanmar, Yangon tampak seperti biasa. Tidak ada tingkat keamanan yang lebih ketat.

Akan tetapi, warga marah melihat penangkapan dan penggerebekan yang dilakukan militer terhadap pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi bersama sejumlah tokoh senior Partai National League for Democracy (NLD).

“Militer telah memerintah kami selama lima dekade. Butuh begitu banyak upaya bagi kami untuk mendapatkan demokrasi dan itu hilang begitu saja, dalam semalam. Kami tidak lagi mengharapkan sesuatu yang baik dari negara ini,” kata Khin, seorang warga Myanmar yang berprofesi sebagai guru kepada The Guardian, Selasa (2/2/2021).

Baca juga: Para Petugas Medis Myanmar Mogok Kerja sebagai Protes Kudeta Militer

Hal serupa juga disampaikan oleh Myae (69), seorang pedagang ekspor yang melarikan diri ke Thailand akibat pemberontakan dan pro demokrasi pada 1988.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com