Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara Dentuman Misterius Terdengar di Malang, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 03/02/2021, 10:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suara dentuman misterius kembali ramai diperbincangkan di media sosial pada Rabu (3/2/2021).

Kali ini, warganet mendengar suara dentuman misterius di wilayah Malang, Jawa Timur.

Mereka juga menanyakan mengenai sumber suara dentuman dan penyebab terjadinya.

"Gua lagi di Turen, Malang.
Ada yg denger suara dentuman berkali-kali ga?" tulis akun Twitter @Dzawinur dalam twitnya.

Baca juga: Ramai soal Suara Dentuman Misterius di Malang, Ini Penjelasan Lapan...

"Ini tadi jam 0:51 dentuman tiap sekian detik.
Sampek sekarang masih sesekali kedengeran..
*pake headset biar lebih mesra," tulis akun Twitter @clarawiryana dalam twitnya.

Baca juga: Senam Ampun Bang Jago Saat Kudeta Militer di Myanmar dan Cerita Pengunggahnya...

Lantas, bagaimana tanggapan BMKG mengenai adanya dentuman misterius ini?

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, pihaknya mendapatkan laporan terdengarnya dentuman sebanyak dua kali.

"Untuk teman-teman di Malang yang melaporkan pada pukul 00.50 WIB sampai 01.18 WIB dan pukul 03.00 WIB sampai 03.22 WIB mendengar suara dentuman misterius," ujar Daryono saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/2/2021).

Terkait sumber bunyi diduga berasal dari aktivitas vulkanis. Kendati demikian Daryono mengatakan tidak ada catatan seismik yang terjadi.

"Dari catatan sensor BMKG di Pandaan (MLJI) tidak mencatat anomali seismik," lanjut dia.

Baca juga: 5 Daerah yang Dilanda Banjir pada Awal 2021, Mana Saja?

Sumber suara dentuman

Sementara itu, Daryono menjelaskan bahwa sumber suara dentuman dapat berasal dari berbagai hal.

Menurutnya, sumber suara dentuman bisa dari shockwave meteorit, shockwave gunung api, shockwave pesawat supersonik, bahan peledak, longsoran tanah skala luas, gempa sangat dangkal, dan thunderstorm.

Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik.

"Semua itu bisa menjadi penyebab, masyarakat jangan panik apalagi dikaitkan dengan hal-hal supranatural," lanjut dia.

Lebih lanjut, Daryono mengatakan bahwa suara itu tidak membuat getaran signifikan yang dapat tercatat.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Mengapa sering terdengar suara dentuman?

Mengutip pemberitaan Kompas.com (31/1/2021), Daryono mengungkapkan, suara-sura dentuman yang terjadi bisa saja bersumber dari kejadian gempa bumi dengan kriteria tertentu.

Salah satunya dari gempa yang memiliki hiposenter sangat dangkal.

"Gempa dangkal bisa memicu suara dentuman kalau gempa yang terjadi hiposenternya sangat dangkal, dekat permukaan sumbernya. Bisa keluar dentuman bahkan lightning, pancaran cahaya kilat," kata Daryono.

Baca juga: Gempa Majene, 10 Titik Pengungsian, dan Potensi Tsunami...

Kemudian, dentuman dapat terjadi akibat adanya gerakan tanah berupa rayapan cepat di bawah permukaan bumi yang disebabkan oleh gempa.

Selain itu, dentuman terkait gempa bumi bisa muncul saat ada asosiasi dengan aktivitas sesar.

"Dalam hal ini ada mekanisme dislokasi batuan yang berlangsung sangat cepat hingga timbul suara dentuman. Apalagi jika terjadinya deformasi batuan dekat dengan kawasan lembah dan ngarai yang curam dan berrongga, sehingga memungkinkan pukulan gelombang seismik bergema dan menimbulkan resonasi," lanjut dia.

Namun, jika dentuman yang berasal dari gempa, Daryono memastikan semua itu akan tercatat di sensor seismik dan gelombang gempa akan terekam seismograf.

Baca juga: Menilik NYIA, Bandara Pertama yang Diklaim Tahan Gempa dan Tsunami

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com