Gal menjelaskan, bot memungkinkan seseorang melakukan dua hal untuk mendapatkan informasi dari pengguna Facebook.
Pertama, jika hacker memiliki ID pengguna Facebook, mereka dapat menemukan nomor telepon orang tersebut.
Kedua, apabila hacker mempunyai nomor telepon seseorang, mereka dapat menemukan ID pengguna Facebook orang yang bersangkutan.
Namun, untuk mendapatkan akses ke informasi yang dibutuhkan tentunya membutuhkan dana, agar para hacker dapat membuka kunci informasi.
Baca juga: Catat, Ini Fitur-fitur Baru WhatsApp pada 2021
Oleh karena itu, orang yang ada di belakang bot ini menjual nomor telepon pengguna Facebook seharga 20 dollar AS atau sekitar Rp 281.422 (kurs 1 dollar AS setara dengan Rp 14.071) per satu nomor telepon.
Ada juga harga massal yang ditawarkan, yakni dengan menjual 10.000 nomor telepon dijual seharga 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 70.355.500.
"Sangat mengkhawatirkan melihat database sebesar itu dijual di komunitas kejahatan dunia maya. Hal itu sangat membahayakan privasi kami dan pasti akan digunakan untuk tindakan penipuan lainnya oleh oknum tidak bertanggungjawab," ujar Alon Gal kepada Motherboard.
Baca juga: 6 Cara Membuat Format Tulisan Unik di WhatsApp
Menurut tangkapan layar yang diunggah oleh Gal melalui akun Twitternya, @UnderTheBreach, ia menyampaikan bahwa bot itu telah berjalan sejak 12 Januari 2021 pada aplikasi Telegram.
Dalam unggahan itu juga disebutkan bahwa data-data yang diakses berasal dari 2019.
Meski terbilang data lama, namun data ini tetap berisiko terhadap keamanan siber dan privasi bagi pengguna Facebook yang nomor ponselnya terungkap.
Baca juga: Hati-hati Penipuan, Jangan Berikan Kode OTP kepada Siapa Pun!