Kami sering bercakap-cakap karena memiliki perhatian dan kegelisahan yang sama. Meskipun jauh lebih muda, saya banyak menimba kebijaksanaan dan mendapatkan kesadaran-kesadaran baru darinya.
Oya, soal kesadaran baru, vaksin memang sudah didapatkan dari hasil sejumlah penelitian. Di Indonesia, vaksinasi sudah dimulai pertama-tama dari Presiden Joko Widodo pekan lalu dan diikuti tenaga medis dan orang-orang terpilih.
Kegairahan muncul di mana-mana karena kabar baik ini.
Tidak keliru. Kabar baik merawat jiwa kita juga setelah nyaris satu tahun ada dalam tekanan. Atas kabar baik itu, muncul harapan. Pandemi segera berakhir karena vaksinasi yang akan diselesaikan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Berkaca pada sejarah dan pengalaman kita sebagai manusia, tidak ada vaksin yang menghentikan pandemi. Harian Kompas, 18 Januari 2021 membuat laporan khusus dan penelitian soal ini.
Karena itu, sebelum harapan kita lambungkan terlalu tinggi, kita tengok pijakan kaki. Selain vaksinasi, pengendalian penularan virus lewat penguatan surveilans dan perubahan perilaku perlu gigih dan terus menerus dilakukan.
Semua perlu dijalankan bersamaan untuk mewujudnya harapan.
Tanpa langkah kaki yang dipijakkan dengan surveilans (peningkatan kapasitas tes, pelacakan, isolasi dan perawatan) dan perilaku (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak), harapan bisa berantakan. Vaksin bisa gagal.
Terkait dengan kegairahan kita akan vaksinasi, perlu diketahui 15 kondisi orang yang tidak bisa disutik vaksin Sinovac. Dari uji klinis yang dilakukan di Bandung, vaksin ini mampu menurunkan angka kejadian Covid-19 hingga 65,3 persen.
Untuk diketahui, meskipun akan dilakukan sesingkat-singkatnya, ada acuan untuk penyelesaiannya berupa harapan. Diharapkan, akhir Desember 2021, 181,5 juta warga Indonesia telah divaksin.
Karena vaksin dilakukan dua kali dan mengantisipasi hal-hal lain, dibutuhkan 426 juta dosis vaksin sampai harapan itu terpenuhi.
Jangan tinggi-tinggi karena kaki tetap harus memijak bumi.
Tanpa pijakan kaki ke bumi, harapan akan jatuh berkeping-keping. Rasa sakit dan derita akan didapati.
Kalau akhirnya terjadi, ini bukan kerugian. Rasa sakit dan derita adalah pintu masuk untuk kesadaran.
Salam sadar,
Wisnu Nugroho
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.