Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banyak 'Ahli' dan 'Jurnalis' Dadakan Setiap Kali Ada Peristiwa Besar?

Kompas.com - 10/01/2021, 20:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air rute penerbangan Jakarta-Pontianak pada Sabtu (9/1/2020) mendapat respons besar dari publik.

Tagar yang berkaitan dengan tragedi itu, seperti #SJY182, @SriwijayaAirSJ182, #PrayForSJ182 pun menempati tagar terpopuler di media sosial Twitter.

Sebagian besar warganet mengutarakan duka dan simpatinya kepada para korban dan keluarga yang ditinggalkan.

Baca juga: Sriwijaya Air SJ 182 Berusia 26 Tahun, Apakah Usia Berpengaruh terhadap Kecelakaan Pesawat?

Namun, tak sedikit pula warganet yang berspekulasi mengenai penyebab jatuhnya pesawat atau mencoba membagikan informasi apa pun, layaknya seorang ahli dan jurnalis.

Saat informasi mengenai jatuhnya pesawat Sriwijaya Air masih simpang siur, beberapa warganet bahkan telah membagikan foto yang diberi keterangan terkait, meski belum terkonfirmasi.

Fenomena serupa juga terjadi pada beberapa peristiwa besar lainnya, baik dalam maupun luar negeri.

Baca juga: Sriwijaya Air Jatuh di Kepulauan Seribu, Berikut Negara yang Kirim Ucapan Belasungkawa...

Demokratisasi informasi di era digital

Menanggapi hal itu, sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, fenomena tersebut muncul karena demokratisasi informasi di era digital.

Menurut dia, era digital memungkinkan semua orang bisa mengakses informasi yang bersifat infolutif, yaitu informasi yang berputar dari isu besar dan mengerucut sampai pada isu-isu detail.

Kondisi ini kemudian bertemu dengan otonomi individu.

"Jadi di era pengetahuan yang semakin berputar (infolutif) itu dibarengi dengan otonomi individu," kata Drajat kepada Kompas.com, Minggu (10/1/2021).

Baca juga: Sriwijaya Air Hilang Kontak, Ini Deretan Kecelakaan Pesawat di Indonesia dalam Satu Tahun Terakhir

"Dulu yang punya hak atau otoritas menyampaikan informasi adalah yang tahu saja, biasanya pemerintah atau tokoh masayarakat yang punya otoritas secara hierarki," sambungnya.

Akan tetapi, dengan adanya media sosial dan tersebarnya informasi secara besar, maka terjadilah demokratisasi informasi.

Maksudnya, setiap orang memiliki otoritas atau hak untuk membuat penilaian, keputusan, atau berita.

"Kok bisa? Karena media pengambil keputusannya ada di ponsel masing-masing. Dengan pernyataan macem-macem dia bisa mengirim pernyataannya lewat media sosial. Di sinilah kemudian seseorang merasa tahu dan pintar," jelas dia.

Baca juga: Viral Prank Sembako Sampah, Ferdian Paleka, dan Ketiadaan Empati...

Problem media sosial

Menurut Drajat, otonomi yang luas ini merupakan salah satu problem dalam media sosial.

Pasalnya, ada kemungkinan informasi itu ditambahi dengan sesuatu yang tidak relevan, misalnya menunjukkan suasana yang mencemaskan atau mengharukan.

"Ini bisa saja tidak menguntungkan bagi pihak-pihak tertentu, seperti keluarga korban. Ini akan menimbulkan penambahan emosi," tuturnya.

Baca juga: Ramai di Media Sosial, Bolehkah Beberapa Anggota Keluarga dalam 1 KK Menerima BLT UMKM?

"Semakin banyak informasi dan tafsir atas satu peristiwa tentu sangat memungkinkan terjadi polusi informasi," lanjutnya.

Oleh karena itu, Drajat mengingatkan semua orang untuk memilih dan memilah informasi secara cerdas dan dewasa.

Baca juga: Saat Akun di Media Sosial Kena Bajak, Apa yang Harus Dilakukan?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Kecelakaan Pesawat Awal 2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com