Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ELT Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang Jatuh Tak Menyala, Apa Itu ELT?

Kompas.com - 10/01/2021, 10:00 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak masih menjadi perhatian masyarakat. 

Pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 dilaporkan jatuh di perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021).

Sebelum dikonfirmaasi jatuh, pesawat yang mengangkut 62 orang itu hilang kontak pada pukul 14.40 WIB atau empat menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banteng.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito mengatakan, pesawat Sriwijaya Air tidak memancarkan sinyal emergency location transmitter (ELT) ketika hilang kontak.

Baca juga: Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh, Ini Sejarah Maskapai yang Berdiri 10 November 2003

Lantas, apa itu ELT?

Fungsi ELT pada pesawat

Dilansir dari laman Aircraft Owners and Pilots Association, ELT adalah perangkat penentu lokasi pesawat yang merupakan bagian dari standar peralatan di pesawat.

Jika terjadi kecelakaan pesawat, perangkat ini dirancang untuk mengirimkan sinyal marabahaya pada frekuensi tertentu.

ELT harus dipasang di hampir semua pesawat sipil yang terdaftar di Amerika Serikat (AS), termasuk pesawat penerbangan umum sebagai hasil dari mandat kongres.

Mandat itu dihasilkan berawal dari peristiwa hilangnya Perwakilan AS Hale Boggs dan Nick Begich pada 1972 di Alaska setelah pesawat mereka jatuh dan tidak pernah ditemukan.

Ketika ELT diamanatkan pada 1973, sebagian besar pesawat GA dilengkapi dengan ELT yang mentransmisikan pada frekuensi 121,5 MHz, frekuensi marabahaya internasional yang ditentukan.

ELT asli diproduksi dengan spesifikasi pesanan standar teknis FAA (TSO-C91).

Secara historis, ELT ini telah mengalami tingkat aktivasi kurang dari 25 persen dalam kerusakan aktual dan tingkat alarm palsu 97 persen.

Pada 1985, TSO-C91A ELT baru dikembangkan, yang secara substansial mengurangi atau menghilangkan banyak masalah dengan model sebelumnya.

Baca juga: 7 Fakta Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, dari Lokasi Pencarian hingga Profil Pesawat

Model yang lebih canggih

ELT pesawathttps://www.aircraftspruce.eu/ ELT pesawat

TSO-C91A memberikan peningkatan kinerja dan keandalan (dengan tingkat aktivasi 73 persen dalam kerusakan aktual) dengan biaya yang lebih murah bagi pengguna.

Sejak saat itu, model ELT yang lebih canggih telah dikembangkan, yakni TSO-C126ELT dengan frekuensi 406 MHz.

Model terbaru ini mengaktifkan 81-83 persen waktu dan mengirimkan sinyal darurat yang lebih akurat dan hampir seketika dengan memanfaatkan teknologi digital.

ELT 406 MHz digital ini juga memungkinkan personel pencarian dan penyelamatan memiliki informasi penting khusus tentang posisi pesawat.

Dipasang di belakang pesawat

ELT dipasang di belakang pesawat, dan dirancang untuk dipicu saat benturan atau dapat diaktifkan secara manual menggunakan sakelar jarak jauh dan indikator panel kontrol di kokpit.

Aktivasi ELT memicu peringatan audio, dan ELT 406-MHz mengirimkan posisi GPS untuk pencarian dan penyelamatan.

ELT pada awalnya ditujukan untuk digunakan pada frekuensi 121,5 MHz untuk mengingatkan kontrol lalu lintas udara dan pesawat yang memantau frekuensi.

Baca juga: 5 Pemberitaan Media Asing mengenai Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182

Pada 1982, sistem pemantauan berbasis satelit diimplementasikan, Cospas-Sarsat, untuk memberikan cara yang lebih baik untuk mendeteksi sinyal marabahaya ini.

Cospas-Sarsat merupakan sistem search and Rescue berbasis satelit internasional yang pertama kali digagas oleh empat negara yaitu Perancis, Kanada, Amerika Serikat dan Rusia pada 1979.

Pada 2009, sistem satelit Cospas-Sarsat menghentikan pemantauan berbasis satelit pada frekuensi 121,5/243 MHz, sebagian karena banyaknya sinyal palsu yang dikaitkan dengan frekuensi ini.

Pemantauan satelit saat ini hanya menggunakan frekuensi 406 MHz.

Baca juga: Mengenal Pulau Laki, Tempat Latihan Tempur TNI AL yang Diduga Jadi Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com