Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Marabahaya Artificial Intelligence

Kompas.com - 09/01/2021, 09:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AKIBAT memang kurang cerdas maka saya merasa kurang nyaman terhadap istilah artificial intelligence yang dalam bahasa Indonesia bisa disebut secara kurang keren menjadi kecerdasan palsu.

Palsu

Sebenarnya tidak perlu saya merasa kurang nyaman terhadap istilah “palsu”. Terbukti saya nyaman menggunakan gigi palsu. Jika tidak menggunakan gigi palsu, saya yang sudah lansia maka ompong ini malah menjadi kurang nyaman ketika mengunyah makanan.

Kacamata yang sudah puluhan tahun saya gunakan pada hakikatnya merupakan mata palsu yang sangat membantu saya melihat jauh.

Saya bisa menggunakan rambut palsu apabila merasa kurang ganteng berkepala botak. Kaki palsu telah terbukti sangat berjasa membantu kaum tuna daksa untuk berjalan kaki.

Pada hakikatnya segenap kendaraan mulai dari kursi roda sampai dengan pesawat luar angkasa merupakan alat buatan manusia demi mempermudah dan memperlancar upaya manusia termasuk saya menempuh perjalanan.

Namun saya memang merasa kurang nyaman dengan kecerdasan palsu. Jangankan kecerdasan palsu sementara kecerdasan asli seperti yang dimiliki Hitler, Stalin, Mao terbukti membawa mudarat malapetaka dahsyat bagi para korban kecerdasan asli mereka bertiga itu.

Asli

Kecerdasan berhasil menggerakkan otak manusia untuk kreatif menciptakan metode dan peralatan teknologi yang digunakan untuk merusak alam, membabat hutan, menggusur gubuk rakyat miskin, bahkan membinasakan sesama manusia secara individual mau pun massal.

Kecerdasan para buzzer kreatif menghujat sambil tak segan memfitnah demi membunuh karakter sesama manusia. Kecerdasan kaum kriminal kreatif merekayasa perilaku kriminal sedemikian kreatif sehingga tidak bisa dibuktikan kriminalitasnya.

Kecerdasan para industriwan kesehatan kreatif menciptakan metode dan teknologi sakti mandraguna agar bisa dipatenkan lalu dijual dengan harga semahal mungkin sehingga tidak semua insan manusia mampu membelinya.

Kecerdasan manusia mampu membuat robot lebih cerdas ketimbang manusia yang menciptakannya sehingga akhirnya menguasai manusia yang menciptakannya.

Kecerdasan rawan membuat manusia kehilangan akhlak dan budi-pekerti akibat takabur merasa diri maha kuasa maka tidak sudi percaya bahwa ada sesuatu yang lebih berkuasa.

Cerdas tanpa akhlak rawan meletakkan peradaban manusia malah lebih rendah ketimbang peradaban satwa dan puspa.

Peradaban robot

Jika memang harus kreatif membuat sesuatu yang artifisial maka yang perlu dibuat justru kearifan artifisial demi melengkapi kecerdasan artifisial akibat cerdas belum tentu arif.

Kearifan mendukung kecerdasan agar pembangunan tidak merusak alam dan tidak menggusur manusia baik secara individual mau pun massal.

Para robot perlu dilengkapi kearifan artifisial melengkapi kecerdasan artifisial agar para robot tidak menghujat apalagi memfitnah demi membunuh karakter manusia.

Kearifan artifisial mendukung kecerdasan artifisial dimiliki oleh para robot untuk mampu menciptakan vaksin Corona yang benar-benar aman dan terjangkau bagi kaum miskin untuk memperoleh vaksin yang mampu melindungi manusia dari angkara murka virus Corona.

Kearifan artifisial melengkapi kecerdasan artifisial mempersembahkan karsa dan karya sistem pelayanan kesehatan agar seluruh manusia terutama kaum miskin bisa memperolehnya.

Kearifan artifisial mendukung kecerdasan artifisial agar para robot selalu ojo dumeh sehingga tidak takabur merasa diri sendiri sudah maha kuasa sehingga tidak percaya masih ada sesuatu di jagad raya jauh lebih maha kuasa ketimbang robot yang paling berkuasa.

Kecerdasan manusia yang sudah terbukti mampu membuat gigi palsu, rambut palsu, kaki palsu, kecerdasan palsu maka juga seharusnya juga mampu menciptakan teknologi kearifan artifisial demi melengkapi artificial intelligence dalam upaya menjunjung tinggi harkat dan martabat peradaban manusia menjadi benar-benar lebih beradab. Kalau mau pasti mampu. Kalau tidak mampu berarti tidak mau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com