Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Donor Konvalesen, Plasma Pasien Covid-19 yang Sembuh di Yogya

Kompas.com - 29/12/2020, 15:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Menurutnya yang semestinya dilakukan adalah membantu, baik mencukupi kebutuhannya selama melakukan isolasi mandiri, atau dukungan moral.

Hal itu agar mereka tetap memiliki semangat untuk sembuh.

"Banyak orang menghindari pasein Covid-19. Padahal ke depan dengan donor konvaselen ini, pasien sembuh Covid-19 itu berpotensi untuk memberikan donor konvaselen," ujar Rimawan.

"Tidak mendiskreditkan mereka, karena siapa tahu ke depan Anda dibantu oleh mereka, karena mereka akan menjadi pahlawan baru ke depan," ungkap Rimawan.

Baca juga: 4 RS Indonesia Mulai Uji Klinis Terapi Plasma Darah untuk Pasien Corona

Tentang terapi konvalesen

Berdasarkan pemaparan dari laman resmi UGM (1/7/2020), terapi terapi konvalesen menjadi salah satu terapi alternatif dalam pengobatan pasien Covid-19.

Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru (Internis Pulmonologist) FK-KMK UGM, dr. Sumardi, Sp.PD,KP., FINASIM., mengatakan bukan baru kali ini saja terapi plasma konvalesen digunakan untuk mengobati penyakit akibat infeksi.

Sebelumnya terapi ini juga dilakukan saat terjadi pandemi flu Spanyol (1900-an), difteri, flu burung, flu babi, ebola, SARS, dan MERS.

Plasma konvalesen dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh disebut memiliki antibodi terhadap virus corona.

Plasma ini kemudian akan ditransfusikan ke pasien Covid-19 yang masih sakit.

Syarat transfusi konvaselen

Sumardi menyebutkan ada sejumlah syarat khusus yang harus dipenuhi untuk bisa melakukan tranfusi konvaselen.

Baca juga: Ganjar Minta Penyintas yang Sembuh dari Covid-19 Donorkan Plasma Darah

Selain syarat umum transfusi darah, plasma yang didapat dari pasien sembuh ini juga harus terbukti memiliki antibodi terhadap Covid-19 dalam kadar yang cukup.

“Plasma yang diambil sekitar 400 milimeter dengan memakai metode plasmapheresis yakni hanya mengambil plasma dari sel darah merah saja. Pemberian plasma darah ini sebanyak 2 kali sehari pada pasien Covid-19,” jelas Sumardi.

Dibanding penyintas pasien Covid-19 perempuan, pasien sembuh berjenis kelamin laki-laki lebih diutamakan, karena tidak memiliki antigen HLA yang dapat menimbulkan reaksi atau masalah bagi penerima donor.

Sumardi juga menjelaskan terapi plasma konvalesen ini tidak diberikan begitu saja pada semua pasien Covid-19, melainkan hanya kepada pasien dengan kondisi kritis.

"Diberikan pada pasien dengan gejala berat untuk membantu mempercepat penyembuhan, bukan untuk pencegahan. Terapi plasma konvaselen ini menjadi alternatif pengobatan hingga ditemukan vaksin,” jelas dia.

Baca juga: Mengapa Plasma Darah untuk Terapi Covid-19 Perlu Uji Klinis? Ini Penjelasan Ahli

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Segini Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Segini Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tren
Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Tren
6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

Tren
Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Tren
Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Tren
Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com