Menurutnya yang semestinya dilakukan adalah membantu, baik mencukupi kebutuhannya selama melakukan isolasi mandiri, atau dukungan moral.
Hal itu agar mereka tetap memiliki semangat untuk sembuh.
"Banyak orang menghindari pasein Covid-19. Padahal ke depan dengan donor konvaselen ini, pasien sembuh Covid-19 itu berpotensi untuk memberikan donor konvaselen," ujar Rimawan.
"Tidak mendiskreditkan mereka, karena siapa tahu ke depan Anda dibantu oleh mereka, karena mereka akan menjadi pahlawan baru ke depan," ungkap Rimawan.
Baca juga: 4 RS Indonesia Mulai Uji Klinis Terapi Plasma Darah untuk Pasien Corona
Berdasarkan pemaparan dari laman resmi UGM (1/7/2020), terapi terapi konvalesen menjadi salah satu terapi alternatif dalam pengobatan pasien Covid-19.
Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru (Internis Pulmonologist) FK-KMK UGM, dr. Sumardi, Sp.PD,KP., FINASIM., mengatakan bukan baru kali ini saja terapi plasma konvalesen digunakan untuk mengobati penyakit akibat infeksi.
Sebelumnya terapi ini juga dilakukan saat terjadi pandemi flu Spanyol (1900-an), difteri, flu burung, flu babi, ebola, SARS, dan MERS.
Plasma konvalesen dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh disebut memiliki antibodi terhadap virus corona.
Plasma ini kemudian akan ditransfusikan ke pasien Covid-19 yang masih sakit.
Sumardi menyebutkan ada sejumlah syarat khusus yang harus dipenuhi untuk bisa melakukan tranfusi konvaselen.
Baca juga: Ganjar Minta Penyintas yang Sembuh dari Covid-19 Donorkan Plasma Darah
Selain syarat umum transfusi darah, plasma yang didapat dari pasien sembuh ini juga harus terbukti memiliki antibodi terhadap Covid-19 dalam kadar yang cukup.
“Plasma yang diambil sekitar 400 milimeter dengan memakai metode plasmapheresis yakni hanya mengambil plasma dari sel darah merah saja. Pemberian plasma darah ini sebanyak 2 kali sehari pada pasien Covid-19,” jelas Sumardi.
Dibanding penyintas pasien Covid-19 perempuan, pasien sembuh berjenis kelamin laki-laki lebih diutamakan, karena tidak memiliki antigen HLA yang dapat menimbulkan reaksi atau masalah bagi penerima donor.
Sumardi juga menjelaskan terapi plasma konvalesen ini tidak diberikan begitu saja pada semua pasien Covid-19, melainkan hanya kepada pasien dengan kondisi kritis.
"Diberikan pada pasien dengan gejala berat untuk membantu mempercepat penyembuhan, bukan untuk pencegahan. Terapi plasma konvaselen ini menjadi alternatif pengobatan hingga ditemukan vaksin,” jelas dia.
Baca juga: Mengapa Plasma Darah untuk Terapi Covid-19 Perlu Uji Klinis? Ini Penjelasan Ahli
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.