Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Boeing 737 Max 8 dan Penjelasan Penyebab Jatuhnya Lion Air JT-610 dan Ethiopian Airlines Flight 302

Kompas.com - 28/11/2020, 17:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apa itu MCAS?

MCAS adalah sebuah perangkat lunak atau software yang sangat teknis untuk dapat dijelaskan dengan sederhana.

Uraian singkat berikut ini mungkin dapat membantu kita untuk mengerti secara garis besar tentang MCAS, yang diduga kuat sebagai peyebab utama dua kecelakaan yang merenggut ratusan nyawa.

B-737 Max 8 sedikit berbeda dengan B-737 lainnya karena merupakan varian dari B-737 yang dilengkapi dengan MCAS.

Mengapa Max 8 dilengkapi dengan MCAS? Jawabannya sedikit panjang.

Max 8 dilengkapi dengan mesin baru yang irit bahan bakar. Mesin baru ini lebih besar dari mesin yang terpasang di varian B-737 sebelumnya. Power mesin baru ini juga lebih besar.

Karena ukurannya yang lebih besar, letak posisi mesin pun berbeda. Posisi mesin Max 8 lebih ke depan dibanding B-737.

Posisi mesin yang berbeda dan power yang lebih besar mempengaruhi aerodinamika pesawat. Max 8 lebih mudah stall (pesawat jatuh akibat kehilangan daya angkat) pada posisi dan kondisi tertentu.

Dengan berubahnya karakteristik ini, pabrik memasang sebuah perangkat pengaman (safety device) yang dikenal sebagai MCAS. Tugas MCAS adalah bila terjadi gejala akan stall dia akan bekerja untuk mencegahnya.

Dengan demikian pesawat Max 8 menjadi sangat aman di samping juga sangat irit bahan bakar. Jadilah dia sebagai “the best selling plane ever”. Pesawat terbang paling laku sepanjang sejarah pemasaran B-737.

Sedikit lebih dalam soal MCAS, ternyata alat ini bekerja mencegah stall melalui sensor dari AOA (angle of attack). AOA adalah sebuah alat yang mengukur seberapa besar sudut pesawat ketika terbang.

Pada besaran sudut tertentu pesawat terbang akan stall. Maka ketika AOA menunjukkan sudut pesawat yang akan stall, sinyal tersebut akan ditangkap oleh MCAS untuk kemudian segara bertindak menurunkan sudut (hidung) pesawat agar tidak stall.

Nah, apabila sensor yang dikirim oleh AOA kepada MCAS karena sesuatu hal tidak akurat (false indication) --katakanlah dalam hal ini mengindikasikan besaran sudut tertentu yang membuat pesawat akan stall  tetapi sebenarnya tidak demikian-- maka MCAS akan tetap bekerja untuk menurunkan hidung pesawat (yaitu tindakan pertama yang harus dilakukan saat pesawat akan stall).

Inilah yang terjadi pada dua kecelakaan Max 8 Lion Air dan Ethiopian Airlines. Sensor AOA pada kedua pesawat tersebut memberikan false indication, petunjuk keliru yang menyebabkan MCAS bekerja menurunkan hidung pesawat dengan cara mengaktifkan salah satu bidang kemudi (horizontal stabilizer).

Celakanya, dari dua kecelakaan yang terjadi diketahui kemudian bahwa pilot yang menerbangkan JT-610 sama sekali tidak mengetahui tentang keberadaan MCAS di pesawat yang dikemudikannya.

Demikian pula konon MCAS tersebut tidak tercantum dalam operation manual Max 8.

Sementara, pada kasus Ethiopian Airlines Flight 302, emergency procedures sesuai “operation bulletin” yang dikeluarkan Boeing ternyata tidak berfungsi. Pesawat tetap menghunjam ke tanah setelah take off.

Demikianlah, sejak Maret 2019 seluruh pesawat Boeing Max 8 dilarang terbang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com