Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di Delhi Melonjak, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 14/11/2020, 06:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ibu kota India, Delhi, tengah berjuang melawan lonjakan kasus Covid-19 pada musim dingin karena suhu mengalami penurunan drastis dan polusi udara naik ke level yang berbahaya.

Dilansir dari Reuters, Jumat (13/11/2020), Delhi melaporkan 104 kematian baru dan 7.053 infeksi Covid-19 harian pada Kamis (12/11/2020).

Kementerian Kesehatan federal merilis data yang menunjukkan bahwa infeksi di negara itu naik sebanyak 44.789 dalam 24 jam terakhir.

Untuk kasus nasional, kematian India meningkat sebanyak 547 menjadi 128.668 kasus.

Angka ini menjadikan total kasus sebanyak 8,73 juta di India pada Jumat (13/11/2020).

Akibat tingginya infeksi ini, banyak rumah sakit di Delhi kehabisan tempat tidur untuk perawatan intensif dan tempat tidur untuk pasien Covid-19.

Mengetahui hal ini, Pengadilan Tinggi Delhi telah memerintahkan 33 rumah sakit swasta kota untuk mencadangkan 80 persen tempat tidur ICU untuk pasien virus corona.

Tenaga medis di sana menyebutkan, di rumah sakit kota, tempat tidur gratis terisi dari menit ke menit.

Baca juga: Saat Warga Desa Leluhur Kamala Harris di India Rayakan Kemenangan Pilpres AS

Kualitas udara semakin memburuk

Selain meningkatnya kasus corona di Delhi, kota itu juga mengalami masalah mengenai kualitas udara.

Pemerintah federal telah meminta Delhi untuk menyiapkan sumber daya untuk menangani hingga 15.000 kasus sehari selama musim dingin, apalagi polusi tengah memuncak di kota dan permasalahan pernapasan melonjak.

Kualitas udara kemungkinan akan memburuk pada akhir pekan karena ribuan petasan dinyalakan saat festival Diwali.

Mengutip BBC, JUmat (13/11/2020), Delhi telah melarang penjualan dan penggunaan kembang api.

Para pejabat juga telah mengingatkan soal jarak sosial tetapi kerumunan yang memadati pasar di kota telah menimbulkan kekhawatiran.

Pihak berwenang menemukan, tingkat infeksi yang tinggi di antara pemilik toko di beberapa pasar. Lokasi ini berisiko menjadi hotspot atau pusat infeksi virus corona.

"Ada dua pasien lansia yang terinfeksi, saya harus menunggu lebih dari 20 jam untuk mendapatkan tempat tidur," ujar seorang dokter di Delhi, Dr Joyeeta Basu.

Dokter mengatakan, polutan PM2.5, partikel halus yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi di udara Delhi, dapat menjadi masalah pada saluran hidung, melemahkan lapisan dalam paru-paru, dan memfasilitasi penyebaran infeksi virus corona.

Sebagian besar India utara sedang menghadapi musim dingin dan tingkat polusi yang sangat tinggi, di mana dua faktor ini yang secara signifikan dapat memperburuk upaya untuk mengendalikan virus corona.

Pemantau kualitas udara menunjukkan bahwa tingkat polusi udara meningkat 14 kali lebih besar daripada tingkat aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Cuaca dingin

Menurut Ketua Yayasan Kesehatan Masyarakat India, Prof K Srinath Reddy, faktor lain yang mengkhawatirkan adalah menurunnya kekebalan saat cuaca dingin, terlepas dari usia atau penyakit pernyerta (komorbid) dari seseorang.

Reddy menambahkan, cuaca dingin dinilai lebih mudah untuk menularkan virus.

Sebab, waktu kelangsungan hidupnya meningkat saat udara kering dan dingin.

"Udara dingin lebih berat dan kurang bergerak, yang berarti awan virus atau partikel virus akan melayang lebih dekat ke tanah membuat virus lebih mudah untuk masuk ke paru-paru seseorang," ujar Reddy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com