Dilansir dari AP News, 24 Oktober 2020, suara elektoral atau Electoral College dibentuk pada Konvensi Konstitusional pada tahun 1787.
Di era saat nasionalisme masih rendah dan persaingan di antara negara bagian cukup tinggi, ada kekhawatiran bahwa orang akan mendukung kandidat dari daerah mereka sendiri dan bahwa negara bagian besar dengan populasi yang lebih padat akan mendominasi pemungutan suara.
Akhirnya metode Electoral College dipilih sebagi jalan tengah antara mereka yang menginginkan pemilihan umum presiden secara langsung dan mereka yang lebih suka pemilihan presiden diputuskan oleh Kongres.
Baca juga: Sebar Misinformasi Pemilu AS, Sejumlah Akun Twitter dan Facebook Ditangguhkan
Lantas, apa yang dilakukan pemilih AS?
Dikutip Kompas.com, Senin (2/11/2020) ketika orang-orang Amerika Serikat pergi ke TPS, mereka sebenarnya memilih sekelompok pejabat yang akan menduduki Electoral College.
Kata "college" di sini bermakna sekelompok orang dengan tugas bersama. Orang-orang ini disebut electors, dan tugasnya adalah memilih presiden serta wakil presiden.
Amerika memberikan suara berdasarkan negara bagian di electoral college, bukan dengan suara populer. Setiap negara bagian bernilai sejumlah pemilih yang kemudian berkumpul di "electoral college".
Namun, pola pemungutan suara dan demografis yang berubah-ubah memungkinkan kandidat Presiden untuk kehilangan suara populer tetapi justru memenangkan suara elektoral atau Electoral College.
Kasus tersebut pernah terjadi dalam Pemilu sebelumnya, Trump melakukan ini pada 2016 dan George W Bush melakukannya pada 2000.