"Kami berada dalam transisi yang sangat penting. Jika kami tidak pindah ke industri yang lebih padat modal dan teknologi, kelangsungan hidup kami mungkin dipertaruhkan," kata Lee tak lama setelah memimpin, dalam sebuah wawancara dengan Forbes.
Baca juga: Kalahkan CEO Apple, Berapa Gaji Bos Samsung?
Perubahannya makin terlihat saat Lee mengumpulkan sejumlah manajer Samsung Electronics ke sebuah hotel mewah di Frankfurt pada 1993.
Selama berhari-hari, dia menguliahi para eksekutif, mendesak mereka untuk mengubur cara-cara lama dalam bekerja dan berpikir.
"Ubah segalanya, kecuali istri dan anak-anakmu," katanya.
Samsung pun memutuskan akan fokus pada peningkatan kualitas produk daripada meningkatkan pangsa pasar.
Lee tanpa henti mendorong perusahaan itu menaiki tangga teknologi. Pada awal 1990, Samsung telah melampaui saingannya, Jepang dan Amerika, dalam kecepatan chip memori.
Pada 1995, sebagai bagian dari penekanan pada kualitas, Lee mengunjungi pabrik Samsung di kota Gumi setelah sejumlah ponsel ditemukan rusak.
Menurut buku karya Tony Michell berjudul “Samsung Electronics and the Struggle for Leadership of the Electronics Industry” yang terbit pada 2010, pekerja pabrik Gumi berkumpul di halaman dan dipaksa mengenakan ikat kepala dengan tulisan "Kualitas Pertama."
Lee dan dewan direksi duduk di bawah spanduk yang bertuliskan "Kualitas adalah Kebanggaan Saya."
Bersama-sama mereka menyaksikan telepon, mesin faks, dan inventaris lainnya senilai 50 juta dolar dihancurkan dan dibakar. Para karyawan menangis.
Baca juga: Lagi, Samsung Sindir iPhone 12 karena Dijual Tanpa Charger
Dia saat itu percaya bahwa elektronik akan menjadi bagian integral dari mobil, lalu dia memulai menjual mobil pada pertengahan 1990. Samsung Motors juga dijual pada 2000.
Hubungan dengan Hollywood juga berumur pendek. Pada 1995, Steven Spielberg mengajak Lee keluar saat makan malam tentang investasi di sebuah studio film.
Meskipun menjadi penggemar film, ketua dan eksekutif Samsung lainnya akhirnya berbicara tentang microchip.
Samsung memasuki fase penaklukan global pada tahun 2000-an, menggunakan perangkat yang mencolok dan pemasaran yang rapi untuk menanamkan namanya dengan kuat ke dalam benak konsumen Barat.