Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Terbaru Mengonfirmasi Efektivitas Remdesivir sebagai Obat Corona

Kompas.com - 10/10/2020, 13:28 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

Pada akhirnya peneliti menemukan mereka yang menerima remdesivir dibandingkan. Hasilnya hanya 11 persen meninggal, dibandingkan dengan mereka yang menerima plasebo 15 persen meninggal.

"Meskipun itu bukan perbedaan yang signifikan secara statistik, ini masih merupakan peningkatan yang signifikan," kata Beigel.

Baca juga: China Akhirnya Gabung dalam Distribusi Vaksin Covid-19 Global

Penelitian ini tidak cukup besar untuk memasukkan jumlah kematian yang cukup secara statistik di setiap kelompok.

Dia mencatat tingkat kematian, diambil bersama dengan metrik lain, termasuk fakta bahwa orang yang memakai remdesivir menggunakan oksigen lebih sebentar dan lebih sedikit di rumah sakit.

Selain itu, catat Beigel, obat tersebut tampaknya membantu tidak hanya orang-orang yang mengalami gejala selama lebih dari 10 hari, tetapi juga yang menunjukkan gejala kurang dari 10 hari.

Itu mengarahkan para peneliti untuk mempelajari lebih khusus bagaimana obat tersebut memengaruhi pasien yang berada pada tahap awal Covid-19.

Uji coba tersebut sedang mengeksplorasi apakah remdesivir dapat mengurangi perkembangan Covid-19, bahkan pada orang yang tidak dirawat di rumah sakit, dan berpotensi mencegah mereka menjadi cukup sakit sehingga perlu dirawat.

“Mengetahui bagaimana infeksi virus pernapasan bekerja dan bagaimana obat ini bekerja, itu masuk akal. Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa itu tidak akan berhasil untuk menyembuhkan pasien. Tetapi mereka perlu melakukan studi," kata Beigel.

Satu-satunya tantangan saat ini adalah remdesivir adalah obat IV atau intravena. Obat seperti itu diberikan melalui injeksi atau infus melalui intravena.

Baca juga: Ancaman Lonjakan Kasus Corona karena Demo, Pemerintah Diminta Hati-hati Buat Regulasi

Sementara itu, logistik pengelolaan infus IV untuk orang yang tidak dirawat di rumah sakit dapat membatasi penggunaannya.

Meski begitu produsen obat tersebut, Gilead Sciences, mengatakan sedang menguji versi obat yang dihirup yang akan lebih mudah dikonsumsi pasien.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com