Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganti Lagi, Ini Logo KAI dari Masa ke Masa

Kompas.com - 04/10/2020, 13:04 WIB
Retia Kartika Dewi,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - PT Kereta Api Indonesia (Persero) resmi mengubah logo perusahaan berbarengan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-75.

VP Public Relations PT KAI, Joni Martinus, mengungkapkan perubahan logo dimaknai sebagai upaya transformasi perusahaan yang berkelanjutan.

Selain itu, perubahan logo diharap memberikan spirit baru bagi PT KAI dan menjadikan momentum untuk dapat bertahan pada masa pandemi, serta terus berkembang di masa yang akan datang.

Diketahui, perusahaan perkeretaapian ini telah berganti logo sebanyak lima kali.

Baca juga: Ultah ke-75, KAI Ubah Logo Perusahaannya

Bagaimana sejarah pergantian logo KAI?

Dwajatan Kereta Api

Dilansir dari situs resmi PT KAI, berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) diperingati saat pengambil alih Kantor Pusat Kereta Api Bandung pada 28 September 1945.

Pada tanggal ini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia.

Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).

Berdasarkan perjanjian damai Konferensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda.

Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) pada tahun 1950.

Pada September 1953, desain logo roda bersayap berwarna hijau tua mulai digunakan pada bagian depan dan belakang lokomotif.

Diketahui, roda tersebut memiliki sayap kembar dengan lima helai.

Logo ini kemudian dijadikan logo lokomotif hingga transformasi perusahaan menjadi Perum (perusahaan umum) pada awal tahun 1991.

Baca juga: HUT Ke-75 KAI, KA Wisata Bagikan Diskon Perjalanan Kereta Wisata 7,5 Persen

Tangkapan layar logo KAI dari masa ke masa. Tangkapan layar logo KAI dari masa ke masa.

Wahana Daya Pratiwi

Pada 23 Mei 1963, DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).

Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa Tanah Air.

Lambang atau logo itu bergambar seekor Garuda yang mencengkeram roda kereta dan berkalung perisai segilima bertuliskan "KA".

Roda tersebut berdiri di atas pita bertuliskan "Wahana Daya Pertiwi", yang juga menyangga padi dan kapas pada kiri dan kanan lambang.

Baca juga: HUT Ke-75 KAI, Ini Sejarah Kereta Api di Indonesia

Logo segilima biru

Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971.

Pada tahun 1988, sempat dilakukan penggantian logo PJKA menjadi segilima biru, dan dijadikan logo lokomotif sekaligus logo perusahaan, dan lambang "Wahana Daya Pertiwi" diubah menjadi lambang dinas.

Dilansir Harian Kompas, 3 Januari 1991, Menteri Perhubungan saat itu Ir Azwar Anas mengatakan dari 17 BUMN di lingkungan Departemen Perhubungan (Dephub), hanya PJKA saja yang belum meraih keuntungan.

Sementara, biaya operasional PJKA senantiasa ternyata lebih besar daripada perolehan pendapatannya.

Maka, Menhub mengumumkan adanya perubahan status PJKA menjadi Perumka pada 2 Januari 1991, ini merupakan akhir bagi pemakaian logo segilima biru.

Baca juga: PT KAI Dapat Sertifikat Sistem Manajemen Anti Penyuapan

Logo Perumka

Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991.

Saat itu, logo Perumka didesain oleh Priyanto Sunarto. Logo ini berwarna orange dan menyerupai huruf "Z" atau angka 2.

Meski begitu, Perumka menginformasikan bahwa logo tersebut berupa jajar genjang yang di dalamnya terdapat siluet dua kereta cepat berujung runcing yang menggambarkan arah bola-balik.

Tak hanya itu, logo juga berisi tulisan "KERETAPI" berwarna hitam.

Selanjutnya, Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT Kereta Api (Persero) pada 1998 pun masih tetap menggunakan logo orange ini hingga 2011.

Logo garis dinamis

Logo KAIKOMPAS.com/ Bambang P. Jatmiko Logo KAI

Perubahan logo PT Kereta Api ditandai dengan peringatan ulang tahun ke-66.

Logo yang dipakai yakni berdasarkan desain dari pemenang desain logo beru perusahaan yang digelar pada 2011. Adapun vokalis band rock FSTVLST, Farid Stevy Asta, menjadi pemenangnya.

Diketahui, Stevy membuat logo tiga garis lengkung dengan dua garis berwarna orange, dan satu berwarna biru.

Kemudian, ada anak panah berwarna putih transparan yang memisahkan dua garis orange tersebut.

Garis-garis ini melambangkan gerakan dinamis dalam mencapai visi dan misi, serta anak panah yang melambangkan "nilai integritas".

Dua oranye itu melambangkan "pelayanan prima (kepuasan pelanggan) internal-eksternal", dan warna biru melambangkan "inovasi untuk memberikan nilai tambah ke pemangku kepentingan".

Ia mengerjakan logo tersebut di LibStud, dan mengaku terinspirasi dari logo lama KAI yang menyerupai huruf Z itu. Logo ini dipakai sampai 28 September 2020.

Logo baru KAI

Logo baru PT Kereta Api Indonesia (Persero). Dok PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) Logo baru PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Terbaru, PT KAI mengeluarkan logo baru dengan tiga huruf yakni K, A, dan I yang dibuat miring.

Huruf K dan I berwarna biru tua, dan huruf A berwarna orange.

Ada keunikan dari huruf A, yakni adanya goresan tegas pada bawah hingga atas huruf.

Diketahui, gabungan dua warna ini mencerminkan hubungan harmonis antara KAI dan seluruh pemangu kepentingan sektor perekeretaapian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com