Bukti awal menunjukkan bahwa perawatan ini tidak berhasil.
5. Penipuan
Di daftar ini obat atau perawatan tidak bisa digunakan menurut para ahli. Mereka memperingatkan agar tidak mencobanya, karena tidak membantu melawan penyakit dan malah bisa berbahaya.
Beberapa orang bahkan telah ditangkap karena janji palsu mereka akan penyembuhan Covid-19.
6. Bukti di sel hewan atau manusia
Label ini menunjukkan dari mana bukti pengobatan berasal. Para peneliti sering memulai dengan eksperimen pada sel dan kemudian beralih ke hewan.
Banyak dari percobaan hewan tersebut yang gagal. Jika tidak, peneliti dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan ke penelitian tentang manusia, seperti studi retrospektif atau uji klinis acak.
Dalam beberapa kasus, para ilmuwan sedang menguji pengobatan yang dikembangkan untuk penyakit lain, memungkinkan mereka untuk beralih langsung ke percobaan manusia untuk Covid-19.
Baca juga: Luhut Minta Perusahaan Farmasi Kebut Produksi Obat Covid-19
Menurut laman Pelacak Obat dan Perawatan Coronavirus The New York Times, Jumat (2/10/2020), ada 2 kandidat obat Covid-19 dalam label "menjanjikan".
Berikut kedua obat tersebut:
Remdesivir dibuat oleh Gilead Sciences. Ini adalah obat pertama yang mendapatkan izin darurat dari FDA (BPOM di AS) untuk digunakan pada pasien Covid-19.
Remdesivir awalnya diuji sebagai antivirus melawan ebola dan hepatitis C.
Obat ini mengganggu replikasi virus baru dengan memasukkannya ke dalam gen virus baru.
Tetapi uji coba terkontrol secara acak yang diterbitkan pada Mei menyimpulkan obat tersebut mengurangi waktu pemulihan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, dari 15 menjadi 11 hari.
Percobaan tidak menunjukkan efek apa pun pada kematian, meskipun data retrospektif yang dirilis pada bulan Juli mengisyaratkan obat tersebut dapat mengurangi tingkat kematian di antara mereka yang sangat sakit.