Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Akmal Taher, Kabid Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 yang Mundur

Kompas.com - 26/09/2020, 13:00 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Akmal Taher mengundurkan diri dari jabatannya pada Kamis (24/9/2020) kemarin.

Informasi ini disampaikan oleh Akmal saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

"Iya benar," kata Akmal Taher lewat pesan singkat.

Akmal menuturkan, belum maksimalnya proses tracing dan testing Covid-19 di Indonesia membuatnya merasa tidak dapat melanjutkan tugas sebagai bagian tim Satgas.

Sebab Akmal menilai, untuk menangani Covid-19 di Indonesia tak cukup hanya dengan pencegahan.

Berikut sedikit profil dari Akmal Taher:

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI)

Akmal Taher merupakan seorang Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).

Mengutip laman resmi UI, Akmal Taher lahir di Jakarta pada 27 Juli 1955.

Alumnus SMA Kanisius Jakarta tahun 1974 ini melanjutkan ke Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1980.

Kemudian, Akmal melanjutkan pendidikan S2 degan mengambil jurusan Spesialis Urologi FK UI tahun 1988.

Tak berhenti di gelar Master, ia juga meraih gelar Doktor Medikus Hannover Medical School, Hannover, Jerman (1993) dan Doktor FK UI Jakarta (1993).

Akmal juga aktif mengikuti kegiatan pelatihan, salah satu nya adalah pelatihan teknik baru tentang operasi Epididimovasostomi Cornell Medical Center, New York, Amerika Serikat (2003).

Baca juga: Mundur dari Satgas Covid-19, Akmal Taher Kecewa Tracing dan Testing Belum Diutamakan

Penghargaan yang pernah diraih

Beberapa tanda penghargaan yang berhasil diraihnya, antara lain Satyalancana Karya Satya 20 tahun (2004), pemenang terbaik kedua pada "Medika Award" dalam artikel ilmiah dalam majalah Medika (2002) dan hasil terbaik pada "Riset Unggulan Terpadu" dari Meneteri Riset dan Teknologi (1997).

Kemudian, All Star Award Galamedika (1996), Grosshardener Innovationpreis, Jerman (1994), dan "Peneliti Muda Terbaik" di Bidang Kesehatan LIPI Indonesia (1993).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com