KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020.
Ia mengatakan, pada kuartal III, perekonomian Indonesia kemungkinan akan mengalami kontraksi minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen.
Sebelumnya, pada kuartal II pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mengalami minus 5,32 persen.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi akhir tahun diperkirakan berada pada kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.
Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV juga akan negatif. Dengan kondisi ini, tidak menutup untuk terjadinya resesi ekonomi di Indonesia.
Perlu diketahui, resesi ekonomi merupakan kondisi ketika terjadi penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Baca juga: Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Kuartal III Minus 2,9 Persen, Siap-siap Resesi
Lantas, apa dampaknya?
Kenaikan harga dan inflasi
Melansir Kompas.com, 4 September 2020, pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, resesi akan berpengaruh pada pasokan atau suplai barang yang turun secara drastis. Namun, tingkat permintaan tetap.
Kondisi ini mengakibatkan harga-harga naik dan dapat memicu inflasi.
Menurut Fahmy, inflasi yang tidak terkendali akan membuat daya beli masyarakat, khususnya yang berpenghasilan tetap, akan menurun.
"Ujung-ujungnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpuruk," ujar Fahmy.
Merosotnya produksi yang menyebabkan penurunan pasokan atau suplai dapat mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan.
Meningkatnya pengangguran
Keterangan senada juga disampaikan oleh ekonom senior Didik J Rachbini.