Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Mana yang Paling Parah Terdampak Resesi? Berikut Ini Daftarnya

Kompas.com - 14/09/2020, 15:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Salah satu dampak yang harus dihadapi negara-negara di dunia saat pandemi Covid-19 selain krisis kesehatan adalah ancaman krisis ekonomi.

Hampir semua negara melaporkan penurunan ekonomi akibat virus yang bermula di Kota Wuhan, China itu.

Dalam situasi terburuk, kondisi penurunan ekonomi itu itu bisa menuju pada terjadinya resesi.

Indikatornya adalah penurunan pada Produk Domestik Bruto (PDB), merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.

Kekhawatiran itu pun kini telah dirasakan oleh sejumlah negara yang telah mengalami resesi.

Baca juga: Ada Ancaman Resesi, Berikut Tips Mengelola Keuangan bagi Pekerja Bergaji di Bawah Rp 5 Juta

Indonesia

Beruntung, Indonesia masih belum terperosok ke dalam jurang resesi, meski pertumbuhan ekonomi kuartal II berada pada minus 5,32 persen.

Namun, kemungkinan Indonesia bisa jatuh ke dalam resesi sangat besar. Resesi atau tidaknya Indonesia akan bergantung pada laporan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III yang tengah berlangsung.

Lantas, seberapa dalam negara-negara itu terperosok ke dalam jurang resesi?

Berikut pertumbuhan ekonomi sejumlah negara yang dihimpun dari beberapa sumber: 

  • Afrika Selatan: minus 51 persen
  • Singapura: minus 42,9 persen
  • Amerika Serikat: minus 32,9 persen
  • Israel: minus 28,7 persen
  • Inggris: minus 20,4 persen
  • Spanyol: minus 18,5 persen
  • Italia: minus 17,3 persen
  • Malaysia: minus 16,5 persen
  • Filipina: minus 16,5 persen
  • Perancis: minus 13,8 persen
  • Thailand: minus 12,2 persen
  • Jerman: minus 10,1 persen
  • Turki: minus 9,9 persen
  • Polandia: minus 8,9 persen
  • Australia: minus 7 persen
  • Jepang: minus 7,8 persen
  • Korea Selatan: minus 3,3 persen

Baca juga: Jika Resesi Tak Bisa Dihindari, Ini yang Dapat Dilakukan Masyarakat

Pertumbuhan positif

Di balik bayang-bayang resesi itu, China dan Vietnam justru mencatatkan hasil sebaliknya, yaitu pertumbuhan ekonomi positif.

China mengalami penurunan ekonomi tajam dalam tiga bulan pertama tahun ini selama penguncian akibat virus corona.

Namun, angka yang dirilis pada Juli 2020 menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) China kembali tumbuh 2,5 persen selama April hingga Juni, dikutip dari BBC, 16 Juli 2020.

Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan para ahli dan mengarah ke pemulihan berbentuk V yaitu, penurunan tajam yang diikuti dengan pemulihan yang cepat.

Ini juga berarti China menghindari resesi teknis yang ditandai sebagai dua periode pertumbuhan negatif berturut-turut.

Pertumbuhan kembali itu mengikuti penurunan tajam 6,8 persen pada kuartal pertama tahun ini dan menjadi kontraksi terbesar sejak pencatatan PDB kuartalan dimulai.

Sementara Vietnam juga terhindar dari resesi setelah mencatatkan pertumbuhan 0,36 persen pada kuartal kedua tahun ini.

Meski demikian, tingkat pertumbuhan terbaru adalah yang terendah sejak pencatatan kuartalan dimulai di Vietnam 30 tahun lalu.

Baca juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 8 Ditutup, Kapan Pengumumannya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com