Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Kaji Tingkat Depresi Anak di China Saat Sekolah Ditutup

Kompas.com - 12/09/2020, 20:50 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Kelompok yang mewakili dan membimbing dokter anak di AS itu pada Juni 2020 memperbarui rekomendasi mereka.

Mereka mengatakan, bukti menunjukkan manfaat akademis, mental, dan fisik dari pembelajaran langsung lebih besar dibandingkan risiko virus corona.

“AAP sangat menganjurkan bahwa semua pertimbangan kebijakan untuk tahun ajaran mendatang harus dimulai dengan tujuan agar siswa hadir secara fisik di sekolah," kata AAP dalam keterangan resminya.

Pembelajaran tatap muka dinilai penting dan menyatakan ada bukti dampak negatif mengenai penutupan sekolah pada anak-anak.

Dampak itu di antaranya, masalah sosial, karena ada yang tidak didukung oleh layanan penunjang sehingga pembelajaran kurang efektif untuk mereka.

Selain itu, risiko pelecehan fisik, atau seksual serta penggunaan narkoba, depresi dan keinginan bunuh diri dapat muncul.

Mengutip CNN, 30 Juni 2020, AAP juga menyebutkan, anak-anak cenderung tidak menjadi sangat sakit jika dibandingkan orang dewasa.

Akan tetapi, dalam keterangannya, AAP tetap mencantumkan rekomendasi khusus penanganan di sekolah berdasarkan tingkat kelas yang berbeda.

Misalnya, sekolah Pra-Taman Kanak-kanak harus fokus pada kebersihan tangan, pengelompokan kelas untuk meminimalkan persilangan antara anak-anak dan orang dewasa.

AAP juga memberikan rekomendasi agar sebisa mungkin memanfaatkan ruang di luar ruangan.

Selain itu, menurut mereka, penutup wajah atau jarak fisik prioritasnya rendah pada anak-anak usia pra TK karena strategi tersebut mungkin lebih sulit diterapkan.

Akan tetapi, pada sekolah menengah atas, menggunakan masker dan jaga jarak 6 kaki perlu dipertahankan.

Baca juga: Sakit Perut Bisa Jadi Gejala Awal Virus Corona pada Anak-anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com