Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dokter Aris, Hampir 6 Bulan Tak Serumah dengan Keluarga karena Tangani Pasien Covid-19

Kompas.com - 29/08/2020, 07:31 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Namun, ia menjadi terenyuh kala sang putri mengungkapkan kerinduan dan ingin bersama-sama lagi. 

"Tapi anak saya cukup mengerti dengan keadaan ini. Namun tiap video call bilang, 'Miyu kan kangen sama ayah'. Itu yang buat saya tambah sedih sih. Tapi ya enggak bisa apa-apa kan masih dalam keadaan seperti ini juga," kata Aris.

Selain melakukan video call, Aris juga beberapa kali menyempatkan diri datang ke rumah orangtuanya tetapi hanya berdiri di luar pagar.

Ia pergi ke rumah orangtuanya hanya sesekali. Selain karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Aris juga mengaku merasa tidak enak dengan tetangganya jika terlalu sering mengunjungi rumah orangtuanya.

"Kalau ketemu ya paling seperti yang ada dalam unggahan saya itu, dari depan pagar terpisah jarak beberapa meter, cuma dadah-dadah saja," kata Aris.

"Cuma kan enggak bisa sering-sering. Tetangga kan juga tahu kalau saya kerja di rumah sakit yang ada Covid-19-nya, daripada jadi ribet ya sudah lah tidak terlalu sering datang," lanjut dia.

Baca juga: Ini 5 Langkah Aman Menghindari Virus Corona di Ruang Tertutup

Sempat positif Covid-19

Aris mengungkapkan, ia sempat dinyatakan positif Covid-19 pada Juni 2020 lalu.

Namun, tak butuh waktu lama, ia sembuh dari virus yang dilaporkan pertama kali di Indonesia pada awal Maret 2020 lalu.

"Saya positif, tanpa gejala. Ya udah istirahat saja sebentar, sehabis itu saya lanjut kerja lagi menangani pasien," kata Aris.

Ketika ditanya kapan dan di mana ia tertular Covid-19, Aris tidak bisa menjawabnya secara pasti karena mungkin hal itu merupakan risiko pekerjaannya.

Disinggung soal masih banyaknya masyarakat yang tidak mempercayai Covid-19, menurut Aris, karena belum menyaksikan orang terdekat mengalaminya atau karena alasan lain.

"Ya mereka mungkin memang belum tahu bahaya nyatanya, seperti yang orang-orang bilang, mungkin orang terdekatnya belum kena lah, atau apa pun yang lainnya," papar Aris.

Atau, lanjut dia, orang tersebut juga tidak bersentuhan dengan penyakit ini setiap hari sehingga tidak percaya bahwa Covid-19 nyata ada.

Berbeda dengan dirinya yang setiap hari harus menangani pasien Covid-19.

"Kondisinya, pasien Covid-19 terus bertambah, dan dari sisi pasien bedah, jumlah pasien Covid-19 yang harus dioperasi bertambah jumlahnya," kata dia.

"Kalau menurut saya, boleh saja sih mereka berpikiran seperti itu, tapi ya lebih baik mereka tidak egois untuk memikirkan juga lingkungan sekitarnya," lanjut Aris. 

Oleh karena itu, Aris berpesan agar semua orang memikirkan keberadaan orang-orang yang masuk kategori rentan tertular, seperti orangtua dan anak-anak.

"Kalau ke anak-anak meskipun kita sudah mandi tapi kan enggak tahu apa yang di dalam dahak kita gimana, kita cium-cium, peluk-peluk anak tapi enggak sengaja batuk, anaknya jadi carrier virus, malah jadi lebih serem," kata Aris.

Baca juga: Ini Tempat yang Bisa Memicu Munculnya Klaster Virus Corona Menurut WHO

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com