Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Bagaimana Menghadapi Kecewa agar Tetap Punya Harapan?

Kompas.com - 24/08/2020, 10:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Neymar sempat ditenangkan bek Muenchen, David Alaba. Penantian Neymar menjuarai Liga Champions bersama PSG sejak 2017 belum membuahkan hasil. Neymar pernah menjuarai Liga Champions bersama Barcelona saat musim 2014–2015.

Masih soal kecewa, kali ini lebih mendalam, dialami Gusti Ayu Arianti (23) dan Yudi Prasetya Jaya (24) lantaran kehilangan buah hatinya di dalam kandungan. Minggu lalu, kisah duka keluarga ini paling banyak menyita perhatian pembaca kompas.com.

Tidak jelasnya informasi, tidak tersampaikannya informasi, tidak tanggapnya petugas kesehatan, dan kekakuan menjalankan aturan terkait pandemi sehingga mengabaikan alasan kemanusiaan menjadi pangkal kecewa ini.

Arianti datang ke Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Wira Bhakti di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 18 Agustus 2020. Hamil tua membuat ketubannya pecah dan darah sudah keluar. Arianti dan suaminya ke rumah sakit itu karena anak pertama mereka lahir di tempat yang sama.

Dengan kondisi seperti itu, petugas tidak mau menangani dengan alasan harus menjalani rapid test terlebih dahulu meskipun darurat dan tidak memiliki gejala. Rapid tes disarankan dilakukan di Puskesmas Pagesangan.

Ke Puskesmas memakan waktu dan dijalani termasuk ketika diminta antre mendaftar. Karena kondisi darurat dan protes suami, petugas Puskesmas memberi prioritas.

Arianti sudah pasrah jika harus melahirkan di Puskesmas. Tetapi, hasil rapid test tidak bisa segera didapatkan.

Dalam kondisi sakit karena pendarahan dan petugas tidak mau mengambil tindakan dengan alasan menunggu hasil rapid test, Arianti pulang ke rumah untuk mengganti pembalut. 

Saat pulang ke rumah, hasil rapid test keluar. Keluarga minta surat rujukan agar bisa ditangani di RSAD Mataram. Tapi, petugas tak bisa mengeluarkan surat rujukan karena Arianti yang sedang mengganti pembalut tak ada di puskesmas.

Setelah memiliki surat hasil rapid test Covid-19 dari puskesmas, keluarga membawa Arianti ke Rumah Sakit Permata Hati, bukan ke RSAD Mataram karena tidak adanya rujukan dari puskesmas.

Tiba di RS Permata Hati, surat keterangan rapid test Covid-19 tak diakui karena tak melampirkan alat rapid test Covid-19. Arianti terpaksa melakukan tes ulang.

Tim medis RS Permata Hati memeriksa kandungan Arianti. Awalnya, detak jantung janinnya lemah. Tapi, dokter menyebutkan, kandungannya mulai normal.

Arianti lega. Ia mempersiapkan diri menjalani operasi sesar untuk persalinan.

Namun nasib berkata lain, setelah perjuangan yang dilakukannya, bayi laki-laki yang hendak diberi nama I Made Arsya Prasetya Jaya itu dinyatakan meninggal sejak dalam kandungan.

Tangis pecah tak tertahankan. Kekecewaan tidak terkatakan karena duka yang mendalam. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com