Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumba Diguncang 112 Kali Gempa sejak 5 Agustus, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 09/08/2020, 11:06 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Wilayah Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya diguncang rentetan gempa tektonik pada Sabtu (8/8/2020).

Hasil monitoring Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hingga Sabtu (8/8/2020) tercatat terjadi 112 gempa di Sumba, terhitung sejak 5 Agustus 2020.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan rentetan gempa yang dirasakan pada Sabtu (8/8/2020) kemarin terjadi tiga kali, yakni:

  • Gempa pertama, berkekuatan M5,0 pada pukul 17.17.52 WIB dengan episenter pada koordinat 9.74 LS,119.07 BT dengan kedalaman 10 km.
  • Gempa kedua, berkekuatan M5,5 pada pukul 17.23.32 WIB dengan episenter pada koordinat 9.94 LS,119.02 BT dengan kedalaman 10 km.
  • Gempa ketiga, berkekuatan M5,5 pada pukul 17.45.51 WIB dengan episenter pada koordinat 9.90 LS,119.01 BT dengan kedalaman 10 km.

“Ketiga episenter gempa tersebut terletak di laut pada arah Barat Daya Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, NTT pada kedalaman 10 km,” kata Daryono, Sabtu (8/8/2020).

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Menurutnya, ketiga gempa ini berpusat pada klaster rangkaian gempa yang sama yang terjadi sejak 5 Agustus 2020 lalu dengan gempa utama (mainshock) berkekuatan M5,5 pada pukul 15.27.12 WIB.

Daryono menambahkan, gempa yang terjadi di Sumba pada Sabtu (8/8/2020) sebanyak 15 kali, baik yang dirasakan atau tidak.

Guncangan paling kuat terjadi di daerah Tambolaka dengan skala intensitas IV MMI di mana guncangan dirasakan banyak orang hingga warga berlarian keluar rumah.

Adapun warga di Waingapu, dan Waikabubak juga merasakan guncangan kuat mencapai skala intensitas III-IV MMI.

Baca juga: Laut Kaspia, Mengapa Danau Terbesar di Dunia Ini Disebut sebagai Laut?

Tak berpotensi tsunami

Simulasi apabila terjadi gempa bumishutterstock Simulasi apabila terjadi gempa bumi

Sedangkan yang berada di Labuan Bajo, Bima dan Dompu guncangan yang dirasakan mencapai skala intensitas III MMI yang dirasakan seakan ada truk lewat.

“Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut,” katanya lagi.

Ia juga menyebut, gempa tersebut tak berpotensi tsunami.

Baca juga: Viral, Fenomena Awan Tsunami di Kepulauan Selayar, Ini Penjelasannya

Menurut Daryono, rentetan gempa yang terjadi di Sumba jika memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar atau patahan lokal dasar laut.

Hasil analisis mekanisme sumber ketiga gempa yang terjadi hari ini menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan penyesaran turun (normal fault).

Namun demikian menurutnya sumber gempa belum terpetakan dalam peta tektonik.

Baca juga: Menengok 18 Fenomena Astronomi yang Akan Terjadi pada Agustus 2020, Apa Saja?

Ia mengatakan wilaya Sumba dan sekitarnya memang merupakan daerah rawan gempa sehingga gempa dapat terjadi kapan saja.

“Diharapkan masyarakat dapat melakukan upaya mitigasi bila suatu waktu terjadi gempa. Masyarakat perlu memahami cara selamat saat terjadi gempa, dengan cara segera mencari perlindungan diri,” katanya.

Selain itu, menurutnya masyarakat juga perlu menyiapkan bangunan tahan gempa dan membuat tata ruang pantai berbasis risiko bencana tsunami, termasuk memahami konsep evakuasi mandiri tsunami.

Baca juga: Daftar 29 Kawasan Konservasi yang Dibuka Kembali di Masa New Normal, dari Kepulauan Komodo hingga Gunung Rinjani

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Antisipasi Gempa Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com