Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Tick-Borne Marak di China, Berikut Penjelasan dari Epidemiolog

Kompas.com - 08/08/2020, 12:55 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi virus corona penyebab Covid-19 belum usai, adanya infeksi virus baru dilaporkan di China.

Infeksi virus baru ini disebabkan oleh gigitan kutu dan bisa menular dari orang ke orang.

Seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (7/8/2020) sebanyak 37 orang di Provinsi Jiangsu, China Timur, didiagnosis dengan Severe Fever Thrombocytopenia Syndrome (SFTS), atau demam parah pada tahun ini.

Penyakit tersebut disebabkan oleh virus baru (Novel bunya virus) yang diakibatkan oleh tick atau kutu. Penyakit ini kemudian disebut tick borne, atau ditularkan oleh kutu.

Dikutip dari jurnal yang diterbitkan di Science Direct, Jumat (7/8/2020), infeksi virus ini didiagnosis dengan SFTS, yang mana pasien ditandai dengan sindrom demam akut dengan suhu di atas 38 derajat celsius.

Selain itu, trombositopenia dan leukopenia kurang dari normal, khususnya yang berhubungan dengan riwayat gigitan kutu di daerah endemik.

Baca juga: Penyakit Baru di China Menghantui di Tengah Pandemi Covid-19, Apa Itu Virus Tick Borne?

Menurut jurnal PubMed National Library of Medicine, sejumlah peneliti di China mencoba meneliti penyebab penyakit seperti demam berdarah yang terjadi pada petani.

Berdasarkan deteksi yang dilakukan, mereka menemukan sebuah virus yang tidak diketahui dalam sampel darah orang yang terinfeksi dan dari kutu Haemaphysalis yang dikumpulkan dari anjing.

Analisis sekuens genom keseluruhan mengidentifikasi virus itu sebagai anggota baru dari Bunyaviridae atau bunya virus.

Lantas, seberapa berbahaya penyakit ini? dan apakah bisa masuk ke Indonesia?

Bukan penyakit baru

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman, mengatakan, penyakit yang saat ini menyebabkan tujuh kematian dan puluhan orang terinfeksi di Cina ini bukanlah penyakit baru.

"Dikenal dengan STFS virus, termasuk kategori bunyavirus dan sudah dikenal sejak 2011," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (8/8/2020).

Baca juga: Kasus Virus Corona pada Anak Muda Meningkat, Apa yang Harus Dilakukan?

Ia menuturkan, kasus pertama penyakit ini ditemukan pada 2009 dan virusnya sudah diisolasi pada 2011. Kasus serupa juga pernah terjadi pada 2013 di Jepang, dan Korea Selatan.

Dicky mengatakan, yang harus diwaspadai dari penyakit ini adalah potensi penularan dari manusia ke manusia, artinya memiliki potensi untuk menyebar ke wilayah lain.

"Namun, dari sisi mekanisme penularannya, maka potensi adanya wabah berskala besar relatif kecil. Termasuk potensi masuk ke Indonesia relatif masih kecil," kata Dicky.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com