KOMPAS.com - Salah satu dampak yang harus dihadapi dunia kala pandemi Covid-19 adalah ancaman krisis ekonomi.
Satu per satu negara mulai "tumbang" dan mengalami resesi karena pertumbuhan ekonomi yang minus.
Negara-negara itu di antaranya Singapura, Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan Jerman.
Meski pertumbuhan ekonomi kuartal II berada pada minus 5,32 persen, tetapi Indonesia belum terperosok ke dalam jurang resesi.
Resesi atau tidaknya Indonesia akan bergantung pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal III yang tengah berjalan.
Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, peluang Indonesia mengalami resesi bergantung pada penanganan Covid-19.
Pasalnya, krisis ekonomi yang terjadi saat ini disebabkan masalah kesahatan, yaitu virus corona.
"Namanya sebuah krisis kan ada sebabnya. Misalnya, dulu tahun 1998 kita punya krisis karena bubble property yang meletus di Asia. Jadi krisis properti yang merambah ke Perbankan. Krisis 2008 juga sama, tapi di Amerika Serikat," kata Eddy kepada Kompas.com, Jumat (7/8/2020).
Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi dan Bedanya dengan Depresi Ekonomi
"Yang sekarang ini kan sumbernya jelas, masalah kesehatan. Jadi pertanyaannya adalah bagaimana kita membereskan inti masalah supaya ekonomi bisa normal lagi," lanjut dia.
Menurut Eddy, langkah pemerintah dalam menangani wabah virus corona sampai saat ini sangat memungkinkan terjadinya penurunan ekonomi yang berujung pada resesi.
Sebab, kepastian dalam dunia usaha merupakan sebuah tolak ukur dan kepastian itu bisa didapatkan jika penanganan terhadap akar masalah dilakukan dengan baik.
Eddy mengatakan, produk domestik bruto (PDB) kuartal II kali ini tertolong dengan penurunan angka impor.
"Jadi semua komponen di PDB itu semua mengalami penurunan, untungnya impornya juga turun jauh. Kuartal ketiga ini sangat krusial. Kalau penanganan utama masih belum optimal, maka sulit bagi kita untuk tumbuh positif," jelas dia.
Selama pandemi Covid-19, tambah Eddy, pemerintah hanya mengeluarkan aturan yang bersifat steriod agar tetap hidup dan tidak sakit.
Baca juga: 9 Negara yang Alami Resesi di Masa Pandemi Covid-19
Menurut dia, kebijakan fiskal dan moneter yang dikeluarkan pemerintah selama ini memang sifatnya wajib.