Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya "Nasionalisme Vaksin"...

Kompas.com - 08/08/2020, 10:10 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan dunia mengenai "nasionalisme vaksin".

Adapun peringatan ini ditujukan kepada negara-negara kaya bahwa jika mereka menyimpan perawatan untuk diri mereka sendiri, mereka tidak dapat berharap untuk tetap aman jika negara-negara miskin tetap terpapar.

Dilansir The Guardian (7/8/2020), ketika kasus infeksi Covid-19 melampaui 19 juta pada Jumat (7/8/2020), Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan akan menjadi kepentingan negara-negara kaya untuk membantu setiap negara guna melindungi diri dari penyakit tersebut.

"Nasionalisme vaksin tidak baik, itu tidak akan membantu kami," ujar Tedros kepada Forum Keamanan Aspen di AS, melalui tautan video dari markas besar WHO di Jenewa.

Baca juga: Menilik Potensi Resesi Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19...

"Agar dunia pulih lebih cepat, ia harus pulih bersama, karena ini adalah dunia yang mengglobal di mana ekonomi saling terkait satu sama lain. Sebagian dunia atau beberapa negara tidak bisa menjadi tempat berlindung yang aman dan pulih," lanjut dia.

Menurutnya, kerusakan akibat Covid-19 bisa berkurang jika negara-negara yang memiliki dana ikut berkomitmen untuk ini.

Sementara itu, beberapa negara berlomba untuk menemukan vaksin untuk virus corona, di mana penyakit ini telah menewaskan lebih dari 700.000 orang di seluruh dunia.

Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...

Prediksi ke depan

Sepatu putih dipajang dalam aksi yang dilakukan Perawat Teregistrasi dan Uni Perawat Nasional (NNU) untuk mengenang rekan mereka yang gugur karena Covid-19 di Gedung Capitol, Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada 21 Juli 2020.REUTERS/TOM BRENNER Sepatu putih dipajang dalam aksi yang dilakukan Perawat Teregistrasi dan Uni Perawat Nasional (NNU) untuk mengenang rekan mereka yang gugur karena Covid-19 di Gedung Capitol, Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada 21 Juli 2020.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyebutkan, 300.000 orang di Amerika bisa meninggal pada Desember jika para pemimpin kota besar gagal mempromosikan tindakan lebih lanjut seperti mengenakan masker.

Selain itu, sebuah tim di Universitas Washington mengatakan 70.000 nyawa bisa diselamatkan jika lebih banyak orang memakai masker selama pandemi.

"Kami melihat rollercoaster di AS. Tampaknya orang-orang memakai masker dan menjaga jarak secara sosial lebih sering saat infeksi meningkat, kemudian setelah beberapa saat ketika infeksi menurun, orang-orang menjadi lengah," ujar Direktur Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME), Dr Christopher J.L Murray.

Baca juga: Jepang Hadapi Babak Baru Pandemi Corona, Bagaimana Situasinya?

Sejauh ini, lebih dari 159.000 orang dilaporkan meninggal di AS akibat Covid-19, tetapi kasus harian baru telah menurun dalam beberapa pekan terakhir.

IHME menyampaikan, infeksi jatuh di bekas pusat gempa seperti Arizona, California, Florida, dan Texas, meskipun ada peningkatan di Colorado, Idaho, Kansas, Kentucky, Mississippi, Missouri, Ohio, Oklahoma, Oregon, dan Virginia.

Tak hanya itu, lebih dari 1 juta orang Afrika telah terinfeksi dengan jutaan virus yang terus menyebar ke seluruh benua.

Di Afrika Selatan, infeksi yang dilaporkan telah melebihi 529.000 kasus.

Baca juga: Menengok Bagaimana Ebola Membantu Afrika Menghadapi Virus Corona...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com