Dilansir Harian Kompas, Minggu (12/7/2009), sejak Mei 2009 itu, Mbah Surip hampir tiap hari muncul di televisi.
Dia merupakan ayah 4 anak dan kakek empat cucu yang lahir di "Jerman" alias Jejer Kauman, Magersari, Mojokerto, Jawa Timur.
Mengenai penampilan khasnya yang mirip pemusik reggae Bob Marley dan lagunya yang disebut-sebut seperti musik reggae, Mbah Surip justru mengaku tidak mengenal apa itu musik reggae.
"Saya malah tidak tahu kalau musik yang saya mainkan itu namanya reggae, ha-ha-ha," tuturnya.
Baca juga: Mengenang Erwin Prasetya, Basis Pertama Dewa 19 yang Meninggal karena Pendarahan di Lambung
Soal rambut gimbalnya, dia memiliki beberapa versi cerita. Versi pertama, ia sebutkan bahwa rambut itu dibuat dengan cara memilin dan memanaskannya pada pelat seng di atas kompor minyak tanah.
Versi kedua, tahun 1998 saat ia shooting televisi untuk album perdananya, Ijo Royo-royo, para seniman Ancol mendandaninya supaya tampil beda.
Rambutnya disiram cat lalu dipilin dan diikat dengan benang. Sampai 2009 memang rambutnya masih diikat benang wol.
Baca juga: Hari Pendidikan Nasional dan Momen Mengenang Ki Hadjar Dewantara...
Farid Wahyu DP, asisten yang selalu mengantar Mbah Surip ke berbagai acara bercerita rambut "simbah" selalu dicuci tiga hari sekali dengan sampo kucing.
Sebelum menjadi terkenal, Mbah Surip menggelandang di antara Bulungan, Jakarta Selatan; Taman Ismail Marzuki (TIM); dan Pasar Seni Ancol ini ibarat pasir pantai.
Di Bulungan itu dia biasanya ke Warung Apresiasi (Wapress). Siapa yang dekat dengannya, dialah yang menghidupi.
Baca juga: Mengenang Sosok Marsinah, Aktivis Buruh yang Tak Mau Mengalah pada Nasib
Dalam banyak kesempatan Mbah Surip bercerita, ia pernah kuliah di Jurusan Kimia Universitas Petra, Surabaya.
Karena itu dia pernah bekerja pada pengeboran minyak di Amerika, Kanada, Jordania, Jepang, Filipina, dan Singapura.
Saat berada di Amerika sekitar tahun 1986 itulah konon ia menciptakan lagu "Tak Gendong". Saat itu dia berada di sebuah jembatan.
Baca juga: Mengenang Pelukis Revolusioner Pablo Picasso...
Dengan lagu itu dia ingin mengatakan bahwa hakikatnya manusia itu selalu hidup bersama.