"Saya bingung, aturan itu untuk apa. Satgas juga tidak ada supervisi sama sekali," kata dia.
Baca juga: Kantor dan Sekolah Harus Tutup sampai Akhir Tahun, Tak Ada Pilihan untuk Indonesia
Sementara itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, pemerintah perlu melakukan reorientasi program pengendalian Covid-19.
Reorientrasi program ini dilakukan untuk mengeliminasi kasus virus corona di Indonesia, sebagaimana instruksi Presiden Jokowi.
"Antisipasinya ya kita harus mereorientasi program pengendalian kita, baik skala nasional maupun daerah," kata Dicky, dihubungi secara terpisah, Kamis.
Menurut dia, strategi utama dalam mencapai tujuan itu adalah penguatan testing dengan hasil yang cepat.
Selain itu, Dicky juga meminta pemerintah terus mengoptimalkan upaya pelacakan, isolasi, dan edukasi untuk mengubah prilaku masyarakat.
Dicky mengingatkan, masa rawan pandemi Covid-19 masih akan berlangsung sampai akhir September 2020 mendatang. Hal itu didasarkan atas analisis pola pergerakan masyarakat mulai dari masa mudik.
"Terbukti saat ini di Juli melihat dampaknya. Ini belum yang terburuk, masih akan terus bertambah karena mayoritas masyrakat kita belum memiliki imunitas terhadap virus ini," jelas dia.
Baca juga: UPDATE 30 Juli: Ada 53.723 Kasus Suspek Covid-19 di Indonesia
Senada dengan Dicky, epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama menegaskan, perlu memperkuat 3T (test, treat/isolate, trace).
Selain itu pemerintah juga perlu mengedukasi masyarakat untuk senantiasa disiplin dalam 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan), dan 3K (kontak erat, kerumunan dan kamar/ruangan tertutup).
Menurut dia, tiga hal tersebut merupakan kunci dalam penanganan kasus Covid-19 di Indonesia.
"Namun pelaksanaannya masih sangat kurang di sebagian besar daerah plus pemerintah pusat tidak begitu bagus kinerjanya," kata Bayu kepada Kompas.com, Kamis.
Jika penanganan masih seperti ini, Bayu menyebut kasus di Indonesia akan tetap tinggi pada Agustus 2020.
Baca juga: Mengapa 100 Ribu Kasus Covid-19 di Indonesia Tak Membuat Rumit Rumah Sakit?
Ahli patologi klinis yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS Tonang Dwi Ardyanto menilai, Indonesia belum siap memasuki tatanan baru.
Hal itu didasarkan atas pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah.