Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Rencana Cadangan jika Tidak Ada Vaksin Corona Tahun Depan

Kompas.com - 25/07/2020, 16:23 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sumber NBC News

KOMPAS.com - Kabar baik datang dari Amerika Serikat (AS). Setelah berbulan-bulan berjuang menghadapi pandemi virus corona, kini secercah harapan datang dari proses pengembangan vaksin untuk Covid-19.

Kabar positif ini bahkan ditanggapi dengan antusias oleh Dr Anthony Fauci, pakar epidemiologi AS, yang secara konsisten menyatakan harapannya pada kemajuan pengembangan vaksin.

Namun, meski ada kemajuan, sejumlah pakar justru mengkhawatirkan reaksi dari publik AS terhadap progres yang positif ini.

Melansir NBC News, Sabtu (25/7/2020), sejumlah pakar khawatir bila kabar kemajuan ini ditelan mentah-mentah, maka akan timbul rasa berpuas diri dan mendorong masyarakat untuk mengabaikan protokol kesehatan karena merasa yakin bahwa vaksin akan segera ditemukan.

"Saya pikir kita harus bersiap untuk rencana cadangan. Hal itu adalah sesuatu yang jarang dibicarakan," kata Carl Bergstrom, seorang ahli biologi di University of Washington.

Menurut dia, dalam skenario terbaik, butuh setidaknya enam bulan atau lebih untuk mengendalikan virus yang kadung menyebar luas.

Lebih lanjut, Bergstrom menyatakan bahwa saat ini bukanlah skenario terbaik, sehingga para pembuat kebijakan dan masyarakat harus bersiap untuk rencana jangka panjang.

"Sejauh ini tidak ada masalah dalam proses pengembangan vaksin. Namun, bukan berarti bahwa saat ini kita sudah terbebas dari masalah," kata Bergstrom.

Berharap sewajarnya

Apabila diperlukan adanya 'Rencana B', masih belum jelas seperti apa rencana itu saat ini.

Gedung Putih dan sekutunya di Kongres masih berdebat alot untuk menegosiasikan Rancangan Undang-Undang (RUU) terkait bantuan sementara.

Sementara Presiden Donald Trump justru berulang kali berspekulasi bahwa AS akan segera menemukan vaksin atau obat, atau bahwa virus akan menghilang dengan sendirinya.

Hal ini tentu saja membuat beberapa orang gelisah.

Baca juga: Diklaim Memuaskan, Seperti Apa Vaksin Corona Universitas Oxford?


Ken Frazier, CEO perusahaan farmasi raksasa Merck, baru-baru ini memperingatkan bahwa siapa pun yang mempromosikan terobosan medis sebelum 2021 sama dengan memberikan kerugian besar bagi publik.

Menurutnya, hal tersebut tidak terlepas dari tantangan besar yang melekat pada pengembangan dan pembagian vaksin.

"Kenyataan yang harus dihadapi sekarang adalah bahwa pada hari ini di tahun depan, situasi mungkin tidak akan banyak berubah," kata Frazier dalam sebuah wawancara dengan profesor Harvard Business School Tsedal Neeley.

"Saya pikir, ketika kami memberi tahu orang-orang bahwa vaksin akan segera hadir, hal itu sama dengan mengizinkan politisi untuk memberitahu masyarakat agar tidak memakai masker," tambahnya.

Meski beberapa kandidat vaksin di Inggirs, China dan AS mengalami kemajuan pesat, tahap uji coba selanjutnya yang lebih besar dapat mengungkapkan efek samping yang lebih serius atau batasan efektivitasnya.

Bila harapan publik terlalu tinggi, beberapa pihak khawatir hal itu dapat memberi tekanan pada pejabat, terutama pada tahun pemilihan, untuk mengesahkan penggunaannya terlalu cepat.

Anggaplah tidak ada vaksin

Avik Roy, presiden Foundation for Research on Equal Opportunity, berpendapat bahwa para pejabat harus membuat rencana dengan asumsi bahwa kemajuan pengembangan vaksin atau obat-obatan tidak jadi terwujud.

"Saya menghabiskan belasan tahun sebagai investor di perusahaan biotech. Ketika Anda terlibat dengan pengembangan pengobatan baru, Anda akan sangat menyadari seberapa sering mereka gagal, seberapa sering data yang terlihat menjanjikan pada tahap awal akhirnya tidak berjalan pada tahap akhir," kata Roy.

Menurut Roy, menerima prospek bahwa vaksin tidak akan ada sebagai prinsip pengorganisasian dapat memberikan lebih banyak urgensi untuk memasang langkah-langkah keamanan.

Beberapa di antaranya seperti pemasangan pemindai suhu, melindungi populasi yang rentan seperti manula, dan mematangkan rencana untuk membuka kembali sekolah dengan aman.

"Jika kita akan mengatakan 'Tidak apa-apa untuk menutup perekonomian dan menutup sekolah karena kita akan memiliki vaksin dalam enam bulan', itu melibatkan banyak asumsi yang prematur," katanya.

Baca juga: Dua Vaksin Corona Tunjukkan Hasil Menjanjikan, Selanjutnya Bagaimana?

Bila vaksin tidak ada

Menghadapi skenario terburuk yang bisa saja terjadi, para ahli menyumbang beberapa saran untuk rencana cadangan bila vaksin ternyata tidak berhasil dikembangkan. Berikut, beberapa di antaranya:

  1. Meningkatkan kapasitas tes dan kecepatan waktu pengolahan hasil tes. Hal ini dapat membantu mendeteksi wabah sebelum lepas kendali.
  2. Menyewa dan melatih lebih banyak pelacak kontak, dan mungkin bahkan bereksperimen dengan aplikasi digital untuk membantu mereka. Hal ini dapat membantu melacak penyebaran virus.
  3. Menemukan perawatan yang efektif yang mempercepat pemulihan dan meningkatkan kemampuan bertahan hidup dapat membuat pandemi lebih mudah untuk dikelola sebagai ancaman sehari-hari.
  4. Mantan pejabat kesehatan Obama, Andy Slavitt, menyerukan dorongan nasional untuk memproduksi masker N95 berkualitas tinggi untuk penggunaan umum sehari-hari, dan bukan masker kain yang lebih umum.

Kemudian, ada juga skenario buruk lain yang tentunya tidak diinginkan. Virus corona, SARS-CoV-2, menang melawan manusia.

Bila hal itu terjadi, satu-satunya harapan adalah mencapai herd immunity.

Jika cukup banyak orang yang terinfeksi selama menunggu kemunculan vaksin, suatu negara dapat mendekati herd immunity dan mendapatkan setidaknya jeda sementara dari wabah besar.

Beberapa ahli memperkirakan mencapai titik itu akan membutuhkan sebanyak 60 persen hingga 70 persen populasi untuk terinfeksi, sementara yang lain melihat ambang batas yang berpotensi lebih rendah.

Menurut sebuah studi minggu ini oleh CDC, AS masih jauh dari ambang batas itu, karena saat ini hanya 24 persen dari kota New York, yang terdampak paling parah, dipercaya memiliki antibodi terhadap virus.

Tetapi beberapa orang berpendapat bahwa kita mungkin mencapai titik itu lebih awal dari yang kita kira jika wabah saat ini memburuk.

Mantan Komisaris FDA Scott Gottlieb, seorang kontributor CNBC yang duduk di dewan Pfizer, meramalkan bahwa pada awal 2021 penduduk AS akan memiliki salah satu antara vaksin, atau herd immunity.

Namun, bila itu terjadi negara mungkin tidak akan merayakannya.

"Kita masih jauh dari itu sekarang, dan banyak kematian dan penyakit akan datang sampai kita tiba di titik itu," kata Gottlieb.

Baca juga: Solusi Kasus Bangun Tembok karena Kotoran Ayam, Ini Saran Sosiolog...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com