Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Thermo Gun atau Termometer Tembak Bisa Merusak Otak

Kompas.com - 23/07/2020, 06:25 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu beredar video yang menyebutkan bahwa penggunaan termometer tembak atau thermo gun bisa merusak struktur otak.

Video yang memuat pernyataan seorang ekonom ini beredar di Youtube dan kemudian dibagikan para pengguna media sosial di berbagai platform, di antaranya Facebook.

Beberapa dokter yang dikonfirmasi dan pemerintah menyatakan bahwa informasi ini tidak benar alias hoaks.

Para ahli kedokteran disebut telah melakukan penelitian dan mendapatkan bahwa sinar infrared pada thermo gun tidak memancarkan energi atau radiasi.

Narasi yang beredar

Video yang beredar merupakan potongan wawancara antara mantan Dirut TVRI, Helmy Yahya, dengan ekonom Ichsanuddin Noorsy.

Salah satu akun yang membagikan video itu adalah @Bless4Hell666. Dalam video yang dibagikan akun ini, Noorsy menyebutkan bahwa ia menolak jika diperiksa suhu tubuh menggunakan thermo gun di bagian kepala.

"Kalau Anda mau periksa, bukan periksa kepala saya, periksa sini (menunjuk tangannya). Karena hand gun thermometer itu untuk meriksa kabel panas. Lasernya untuk meriksa laser kabel panas, bukan laser untuk temperatur manusia. Dan kita mau terima. Kita dibodohi, kita tidak tahu dampak kerusakan pada struktur otak gimana," demikian Noorsy dalam video yang beredar.

Sementara, akun @Bless4Hell666, dalam narasinya menuliskan sebagai berikut:

Ringkasan Secret Agenda di balik Covid-19

Dr. Noorsy BSc. SH. Msi dalam video ini mengatakan bahwa thermo gun menggunakan laser dan beresiko terhadap otak. Namun sebenarnya bukan hanya otak tetapi juga ada kelenjar pineal. Prosedur ditembakkan ke dahi memiliki resiko.

Kelenjar pineal adalah mata ketiga (mata spiritual). Hindari digunakan di dahi! Prosedur ditembakkan di dahi ini diduga sebagai sengaja untuk merusak otak dan mematikan serta membuat mata ketiga menjadi buta.

Perlu dicatat bahwa kemudian ada koreksi bahwa thermo gun tidak mengunakan laser, yang benar adalah menggunakan infra merah. Namun demikian radiasi infra merah bukan berarti tidak ada resiko. Orang saja memasang film kaca mobil untuk mengurangi radiasi infra merah matahari.

Tetap yang menjadi pertanyaan besar adalah mengapa ditembakkan di dahi ya? Sebab alat tetap mengeluarkan radiasi. Lebih-lebih kebetulan di balik dahi ada kelenjar pineal. Kelenjar pineal ini disebut "the seat of soul", tempat singgasana jiwa, yang artinya jika kelenjar pineal ini rusak maka jiwa tidak lagi bisa duduk di dalam tubuh alias manusia menjadi zombie - robot hidup tak berjiwa.

Jangan sampai People menjadi pintar itulah tujuan Elite Globalist Communism. Jika orang terbuka mata ke 3 maka akan dituduh ketempelan Jin.

Tangkapan layar akun yang membagikan video bahwa penggunaan termometer tembak atau thermo gun bisa merusak otak. Informasi ini tidak benar.Facebook Tangkapan layar akun yang membagikan video bahwa penggunaan termometer tembak atau thermo gun bisa merusak otak. Informasi ini tidak benar.

Video yang sama juga banyak beredar di YouTube. Salah satunya dibagikan akun Adi Winer. Pada video yang diunggahnya, akun ini menuliskan judul, "Radiasi Laser Thermo Gun, Berbahaya buat Otak?".

Salah satu akun Youtube yang membagikan video bahwa termometer tembak atau thermo gun bisa merusak otak. Informasi ini dipastikan hoaks.Youtube Salah satu akun Youtube yang membagikan video bahwa termometer tembak atau thermo gun bisa merusak otak. Informasi ini dipastikan hoaks.
Benarkah termometer tembak bisa merusak otak?

Konfirmasi Kompas.com

Dokter Pendamping Pasien Kanker RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat, dr Maria Shanty menegaskan, thermo gun tidak berbahaya untuk otak.

Ia menyebutkan, logika mengenai thermo gun dapat merusak otak sama sekali tidak benar.

"Logika itu (thermo gun dapat merusak otak) tidak benar," kata Shanty saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/7/2020).

Ia menegaskan, thermo gun merupakan salah satu alat medis dan sudah lama digunakan di rumah sakit mana pun.

Shanty mengatakan, para ahli kedokteran telah melakukan penelitian dan mendapatkan bahwa sinar infrared pada thermo gun tidak memancarkan energi atau radiasi.

Sebaliknya, justru tubuh manusia yang memancarkan radiasi infrared yang diserap oleh thermo gun dan kemudian menginterpretasikannya sebagai suhu tubuh.

"Sebab manusia memancarkan panas dalam bentuk radiasi termal," ungkap Shanty.

Thermo gun, lanjut dia, didesain untuk mengukur suhu tanpa perlu kontak dekat dengan orang yang diperiksa.

Ia mencontohkan seperti yang dilakukan di bandara, pusat perbelanjaan, rumah sakit dan area publik lainnya.

"Selain melakukan sebagai alat screening pengunjung, secara prosedur meminimalkan risiko infeksi Covid-19 pada petugasnya," terang Shanty.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM.

Dokter Aru mengatakan, informasi tersebut tidak benar.

"Alat itu (thermo gun) menggunakan inframerah bukan laser," kata Aru menyanggah pernyataan Ichsannuddin Noorsy, saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/7/2020).

Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, juga menegaskan hal yang sama.

Ia mengatakan, thermo gun sudah lolos uji kesehatan dan aman digunakan.

"Thermal gun sudah lulus uji kesehatan, jadi sudah diperhitungkan bahwa alat ini aman," kata Ari.

Alat ini tidak akan berpengaruh pada sistem saraf dan retina karena tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X.

"Thermometer inframerah tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X. Dan karena itu, tidak mempengaruhi sistem saraf termasuk juga tidak merusak retina," jelas Ari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com