Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Indonesia Peringkat 9 di Asia dan 25 di Dunia

Kompas.com - 20/07/2020, 08:32 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam sepekan kemarin, kasus virus corona di Indonesia masih terus mengalami peningkatan.

Laporan kasus harian tergolong tinggi dan konsisten di atas 1.000 kasus selama beberapa minggu terakhir.

Di Benua Asia, Indonesia berada di peringkat 9 sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak.

Berikut negara di Asia yang masuk dalam 10 besar kasus terbanyak, melansir data Worldometers, Senin (20/7/2020):

  • India: 1.118.107 kasus, 27.503 orang meninggal dunia, 700.399 orang sembuh
  • Iran: 273.788 kasus, 14.188 orang meninggal dunia, 237.788 orang sembuh
  • Pakistan: 263.496 kasus, 5.568 orang meninggal dunia, 204.276 orang sembuh
  • Arab Saudi: 250.920 kasus, 2.486 orang meninggal dunia, 197.735 orang sembuh
  • Turki: 219.641 kasus, 5.491 orang meninggal dunia, 202.010 orang sembuh
  • Bangladesh: 204.525 kasus, 2.618 orang meninggal dunia, 111.642 orang sembuh
  • Qatar: 106.648 kasus, 157 orang meninggal dunia, 103.377 orang sembuh
  • Irak: 92.530 kasus, 3.781 orang meninggal dunia, 60.528 orang sembuh
  • Indonesia: 86.521 kasus, 4.143 orang meninggal dunia, 45.401 orang sembuh
  • China: 83.660 kasus, 4.634 orang meninggal dunia, 78.755 orang sembuh

Sementara, di dunia, Indonesia berada di peringkat 25. Angka kasus Indonesia di atas China, dan di bawah Mesir yang mencatatkan 87.775 kasus.

Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus terbanyak, yaitu 3.896.855 kasus infeksi virus corona.

Baca juga: Angka Kasus Covid-19 Sudah di Atas China, Apa Catatan untuk Indonesia?

Catatan kasus virus corona di Indonesia dalam sepekan

Warga mengayuh sepedanya saat melintas di kawasan bundarah Hotel Indonesia Jakarta, Minggu (28/6/2020). Meskipun Pemprov DKI Jakarta meniadakan kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin, namun ribuan warga tetap berolah raga di kawasan tersebut.ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI Warga mengayuh sepedanya saat melintas di kawasan bundarah Hotel Indonesia Jakarta, Minggu (28/6/2020). Meskipun Pemprov DKI Jakarta meniadakan kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin, namun ribuan warga tetap berolah raga di kawasan tersebut.
Dalam sepekan terakhir, sejak Senin (13/7/2020) hingga Minggu (19/7/2020), ada tambahan 10.822 kasus baru Covid-19 di Indonesia.

Atau, jika dirata-rata, ada 1.546 kasus baru per hari.

Berikut rincian tambahan kasus baru dalam sepekan terakhir:

  • Senin (13/7/2020): 1.282 kasus
  • Selasa (14/7/2020): 1.591 kasus
  • Rabu (15/7/2020): 1.522 kasus
  • Kamis (16/7/2020): 1.574 kasus
  • Jumat (17/7/2020): 1.462 kasus
  • Sabtu (18/7/2020): 1.752 kasus
  • Minggu (19/7/2020): 1.639 kasus

Hingga Senin pagi ini, Indonesia total memiliki 86.521 kasus infeksi virus corona. Korban meninggal dunia mencapai 4.143 orang, sementara jumlah pasien sembuh tercatat 45.401 orang.

Jumlah kasus d Indonesia saat ini melampaui China, negara yang pertama kali melaporkan temuan kasus Covid-19. 

Sudah diprediksi

Sejumlah petugas mengangkat peti jenazah seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19 dari kendaraan untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Poboya, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (11/5/2020). PDP berusia 56 tahun itu meninggal dunia dalam perawatan di Rumah Sakit Undata Palu. Data Gugus Tugas COVID-19 Sulteng per 11 Mei 2020, jumlah kasus positif COVID-19 sebanyak 83 orang, PDP 31 orang, 3 meninggal dunia, dan 13 orang dinyatakan sembuh. ANTARAFOTO/Eddy Djunaedi/bmz/hp.ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI Sejumlah petugas mengangkat peti jenazah seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19 dari kendaraan untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Poboya, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (11/5/2020). PDP berusia 56 tahun itu meninggal dunia dalam perawatan di Rumah Sakit Undata Palu. Data Gugus Tugas COVID-19 Sulteng per 11 Mei 2020, jumlah kasus positif COVID-19 sebanyak 83 orang, PDP 31 orang, 3 meninggal dunia, dan 13 orang dinyatakan sembuh. ANTARAFOTO/Eddy Djunaedi/bmz/hp.
Melihat kasus infeksi indonesia yang melampaui China, pakar epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria Wiratama mengatakan, peningkatan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia memang sudah diprediksi.

"Ini sudah diprediksi sejak lama. Karena penanganan Covid-19 di Indonesia masih tidak bagus, terutama dalam hal testing, tracing, isolate, dan treat," ujar Bayu, seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (18/7/2020).

Menurut dia, meningginya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia salah satunya karena masih banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

Selain itu, Bayu menilai, pemerintah belum memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dalam hal pemakaian masker.

"Pemerintah yang tidak mencontohkan yang benar, misalnya meminta masyarakatnya pakai masker, tapi sering ditemukan presiden, menteri, dan orang penting pemerintahan tidak menggunakan masker, bahkan saat berbicara," kata Bayu.

Masih akan meningkat

Warga saat berbelanja di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (18/5/2020). Pedagang kembali meramaikan pasar Tanah Abang, saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memperpanjang penutupan sementara Pasar Tanah Abang hingga 22 Mei 2020 untuk mengurangi kerumunan orang di ruang publik guna mencegah penyebaran COVID-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga saat berbelanja di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (18/5/2020). Pedagang kembali meramaikan pasar Tanah Abang, saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memperpanjang penutupan sementara Pasar Tanah Abang hingga 22 Mei 2020 untuk mengurangi kerumunan orang di ruang publik guna mencegah penyebaran COVID-19.
Bayu mengungkapkan, kasus virus corona di Indonesia masih akan mengalami peningkatan. Salah satunya karena pelaksanaan tes dan tracing yang kini sudah semakin baik.  

"Saat ini kasus akan semakin naik, karena Indonesia masih dalam proses masih aktif menyebar," ujar Bayu.

Meski demikian, Bayu mengingaykan, peningkatan kapasitas tes dan tracing juga harus disertai dengan keterbukaan data yang baik dan sinkronisasi data pusat dan daerah.

Alasannya, masih ditemukan data jumlah kasus di pusat dengan daerah yang mengalami perbedaan jumlah kasus harian.

"Intinya peningkatan kasus ini sudah diprediksi dan itu ada bagusnya, karena jalan penemuan kasusnya, tapi harus diiringi beberapa hal tadi, keterbukaan data," ujar Bayu.

Baca juga: Perubahan Istilah Terkait Covid-19: Jangan Bingung, yang Penting Disiplin

Perubahan istilah

Hal penting lain yang terjadi dalam sepekan terakhir, berkenaan dengan Covid-19, adalah perubahan istilah Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam Pengawasan (ODP), dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Dalam keputusan menteri yang ditandatangani pada 13 Juli 2020 tersebut, Terawan mengganti istilah operasional lama dalam penanganan Covid-19 dengan istilah operasional baru.

Sejumlah istilah yang diganti yakni orang dalam pemantauan ( ODP), pasien dalam pengawasan ( pdp), dan orang tanpa gejala ( OTG).

Mengutip kepmenkes tersebut, ODP berubah istilahnya menjadi kontak erat, PDP menjadi kasus suspek, dan OTG menjadi kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik).

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Perubahan Istilah OTG, ODP, dan PDP pada Penanganan Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Perubahan Istilah OTG, ODP dan PDP pada Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com